
Manfaat Menjadi Reviewer bagi Karier Akademik seringkali dianggap sebagai pekerjaan sukarela yang menyita waktu. Tapi tahukah kamu? Di balik kesibukannya, menjadi reviewer bisa menjadi langkah strategis untuk membangun karier akademik.
Peran sebagai reviewer tidak hanya membantu meningkatkan kualitas publikasi ilmiah, tapi juga mendatangkan banyak manfaat yang mungkin belum banyak disadari oleh para akademisi muda. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana menjadi reviewer bisa membawa kamu ke level karier yang lebih tinggi.
Saat kamu terlibat dalam review jurnal bereputasi, nama kamu akan dikenal dalam komunitas akademik. Ini bisa membuka jalan untuk kolaborasi riset dan undangan konferensi.
💡 Tips: Cantumkan pengalaman menjadi reviewer di CV akademik dan profil Google Scholar atau ORCID kamu.
Mereview artikel melatih kamu untuk membaca secara tajam dan objektif. Kamu akan terbiasa menilai metode, validitas data, serta argumentasi ilmiah dengan standar tinggi.
🔍 Kemampuan ini sangat berguna ketika kamu menulis artikemu sendiri atau menilai proposal riset.
Reviewer sering kali menjadi orang pertama yang membaca penelitian-penelitian baru, bahkan sebelum dipublikasikan.
🧠 Ini membuat kamu tetap up-to-date dengan tren terbaru di bidangmu, bahkan bisa jadi inspirasi untuk riset lanjutanmu.
Kegiatan review membuat kamu lebih dekat dengan editor, penulis, dan komunitas ilmiah. Dari sini, banyak peluang bisa terbuka: jadi editor tamu, pembicara seminar, atau kolaborator riset.
🤝 Networking yang kuat = karier akademik yang lebih dinamis!
Dengan menjadi reviewer, kamu turut menjaga kualitas dan integritas publikasi ilmiah. Kamu membantu penulis berkembang dan mendukung komunitas ilmiah secara menyeluruh.
🌱 Ini juga memberikan kepuasan batin karena kamu tahu kamu ikut berperan dalam kemajuan ilmu.
Sering menilai tulisan orang lain secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas tulisanmu. Kamu jadi tahu mana yang enak dibaca, mana yang terlalu teknis, dan bagaimana membuat argumen yang kuat.
✍️ Reviewer yang baik hampir selalu menjadi penulis yang lebih baik juga.
Banyak institusi dan lembaga peneliti kini menganggap aktivitas review sebagai poin tambahan dalam penilaian kenaikan jabatan fungsional dan aplikasi beasiswa.
📌 Jadi reviewer itu prestasi, bukan beban.
Menjadi reviewer bukan hanya bentuk kontribusi terhadap komunitas ilmiah, tapi juga investasi untuk karier akademikmu sendiri. Dari membangun reputasi, meningkatkan skill, hingga memperluas jejaring — semuanya bisa kamu dapatkan dari proses ini.
So, jika kamu mendapat kesempatan menjadi reviewer, ambil dan nikmati prosesnya. Karena semakin kamu memberi, semakin banyak pula yang kamu dapatkan!
1. Apakah reviewer dibayar?
Sebagian besar tidak, tapi beberapa jurnal atau konferensi memang memberikan honorarium atau benefit lain seperti akses jurnal gratis.
2. Siapa saja yang bisa jadi reviewer?
Umumnya mereka yang sudah memiliki pengalaman publikasi atau gelar lanjutan (minimal S2/S3).
3. Apakah jadi reviewer bisa dicantumkan di CV?
Tentu! Ini sangat bagus untuk menunjukkan kontribusi akademikmu.
4. Bagaimana cara pertama kali jadi reviewer?
Bisa mulai dengan membantu dosen/pembimbing, atau mendaftar di sistem jurnal seperti Elsevier, Springer, atau DOAJ.
5. Apakah reviewer bisa menolak artikel yang tidak sesuai bidangnya?
Wajib. Jangan menerima jika kamu tidak yakin dengan topik artikel tersebut.