Kesalahan Umum dalam Peer Review yang Harus Dihindari: Jangan Bikin Malu di Dunia Ilmiah!

Kesalahan Umum dalam Peer Review

Kesalahan Umum dalam Peer Review bagian penting dari proses publikasi ilmiah. Tapi banyak peneliti, terutama yang baru jadi reviewer, sering melakukan kesalahan yang bikin proses ini kurang efektif atau bahkan merugikan. Nah, di artikel ini kita akan bahas kesalahan umum saat melakukan peer review, plus cara menghindarinya agar kamu bisa jadi reviewer yang profesional dan berintegritas.

Kesalahan Umum dalam Peer Review

Kalau kamu mahasiswa pascasarjana atau dosen yang mulai terlibat dalam peer review, artikel ini cocok banget buat kamu!

Mengapa Peer Review Itu Penting?

  • Menjamin kualitas artikel ilmiah yang terpublikasi
  • Membantu penulis memperbaiki tulisannya
  • Menjaga integritas dan akurasi informasi dalam dunia akademik

Tapiii… peer review yang buruk justru bisa merugikan penulis, pembaca, bahkan jurnal itu sendiri.

Kesalahan Umum dalam Peer Review

1. Terlalu Subjektif dan Tidak Objektif

Reviewer kadang mencampuradukkan opini pribadi atau preferensi akademik dengan penilaian terhadap artikel. Misalnya, mengkritik metodologi hanya karena beda dari yang biasa dipakai sendiri.

📛 Hindari dengan: Fokus pada validitas ilmiah, bukan pada preferensi pribadi.

2. Kurang Membaca dengan Teliti

Ada reviewer yang cuma baca abstrak dan kesimpulan lalu langsung kasih komentar. Ini jelas keliru dan tidak adil bagi penulis.

📛 Hindari dengan: Baca secara menyeluruh: dari pendahuluan, metode, hingga referensi.

3. Komentar Tidak Spesifik

Komentar seperti “Tingkatkan kualitas artikel ini” tanpa penjelasan tidak akan membantu penulis memperbaiki artikelnya.

📛 Hindari dengan: Berikan komentar yang jelas, misalnya: “Kalimat di paragraf 3 terlalu panjang dan membingungkan, sebaiknya dipecah menjadi dua.”

4. Mengkritik Gaya Bahasa, Bukan Konten Ilmiah

Gaya penulisan bisa berbeda tergantung penulis. Jangan terlalu fokus ke grammar atau diksi, kecuali itu benar-benar mengganggu pemahaman.

📛 Hindari dengan: Fokus dulu ke isi. Grammar bisa diperbaiki belakangan atau oleh editor bahasa.

5. Terlalu Lama Memberikan Review

Sering banget reviewer menunda-nunda hingga melewati tenggat waktu. Ini menghambat proses publikasi.

📛 Hindari dengan: Disiplin dan berkomitmen. Kalau tidak sempat, tolak dengan sopan sejak awal.

Tips Menjadi Reviewer yang Baik

✅ Berikan kritik yang membangun
✅ Sertakan referensi jika mengkritik poin tertentu
✅ Jaga etika dan kerahasiaan naskah
✅ Jangan menyuruh penulis mengutip karya sendiri (self-citation) secara berlebihan
✅ Gunakan bahasa sopan dan profesional

Penutup

Jadi reviewer bukan cuma soal mengoreksi tulisan orang lain, tapi juga tentang berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan di atas, kamu bisa jadi reviewer yang dipercaya dan dihargai di komunitas ilmiah.

Ingat ya, review yang baik bukan hanya menyaring artikel yang layak, tapi juga membantu penulis berkembang. Jadi, yuk kita jadi reviewer yang tidak hanya cerdas tapi juga bijak!

FAQ

1. Apakah mahasiswa bisa jadi reviewer jurnal?
Ya, jika memiliki kompetensi di bidang tersebut dan diundang oleh jurnal atau dosen pembimbing.

2. Boleh nggak reviewer menyarankan pengutipan artikel sendiri?
Boleh, asal relevan dan tidak berlebihan. Jangan memaksakan.

3. Apa yang harus dilakukan jika tidak setuju dengan isi artikel?
Sampaikan secara ilmiah dan berikan referensi pendukung. Hindari nada menyerang.

4. Apakah reviewer boleh mengedit isi artikel?
Tidak secara langsung. Reviewer hanya memberikan saran dan komentar, editor yang menentukan revisi.

5. Apa dampaknya jika reviewer tidak objektif?
Bisa merusak reputasi jurnal, merugikan penulis, dan menciptakan bias dalam literatur akademik.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Chat WhatsApp
WhatsApp