
Dalam dunia riset dan publikasi ilmiah, istilah “preprint” semakin sering terdengar, terutama di era digital seperti sekarang. Tapi sebenarnya, apa itu preprint dan bagaimana pengaruhnya terhadap publikasi ilmiah secara keseluruhan?
Secara sederhana, preprint adalah versi awal dari artikel ilmiah yang dibagikan secara publik sebelum menjalani proses peer-review formal oleh jurnal akademik.
Artinya, peneliti mengunggah naskah mereka ke server preprint agar dapat diakses oleh siapa saja, bahkan sebelum diterima di jurnal.
Preprint bukanlah publikasi resmi, tetapi sudah cukup untuk memberikan gambaran utuh mengenai penelitian yang dilakukan.
Biasanya, naskah ini masih bisa direvisi dan diperbarui berdasarkan masukan dari komunitas ilmiah sebelum akhirnya diajukan ke jurnal.
Banyak peneliti memilih untuk membagikan karya mereka dalam bentuk preprint karena beberapa alasan:
Beberapa server preprint yang cukup populer dan sering digunakan peneliti antara lain:
Pertanyaan penting selanjutnya: bagaimana preprint memengaruhi dunia publikasi ilmiah?
Preprint memungkinkan akses cepat terhadap informasi ilmiah, bahkan sebelum naskah lolos proses peer-review. Ini sangat membantu saat penelitian menyangkut isu mendesak seperti pandemi atau bencana alam.
Karena informasi tersedia lebih cepat, peneliti dari berbagai belahan dunia bisa langsung merespons, berkomentar, atau bahkan menjalin kolaborasi.
Dengan membuka naskah kepada publik sejak awal, proses ilmiah menjadi lebih terbuka dan dapat dipantau oleh banyak pihak.
Meski memberi banyak manfaat, preprint juga bisa menimbulkan kebingungan jika pembaca awam tidak menyadari bahwa naskah tersebut belum melalui peer-review. Oleh karena itu, penting untuk memberi label yang jelas.
Beberapa jurnal mulai memperbolehkan (bahkan mendorong) pengunggahan preprint sebelum pengajuan naskah. Ini menunjukkan adanya pergeseran cara pandang dalam dunia akademik terhadap validitas ilmiah.
Jawabannya: tergantung. Di beberapa institusi, preprint sudah mulai dipertimbangkan sebagai bagian dari portofolio ilmiah, terutama dalam aplikasi beasiswa atau rekrutmen akademik. Namun, di sisi lain, ada pula lembaga yang masih lebih mengutamakan publikasi jurnal peer-review.
Yang jelas, tren ini semakin meluas dan menunjukkan bahwa preprint bisa menjadi alat penting dalam proses diseminasi ilmiah.
Jika kamu tertarik membagikan karya ilmiah dalam bentuk preprint, perhatikan beberapa hal berikut:
Keberadaan preprint telah membuka diskusi luas tentang masa depan publikasi akademik. Beberapa peneliti bahkan mulai mempertanyakan keharusan publikasi berbayar yang memakan waktu lama. Preprint bisa menjadi jembatan menuju sistem yang lebih terbuka, efisien, dan kolaboratif.
Preprint adalah inovasi penting dalam ekosistem publikasi ilmiah. Meski belum menggantikan peran jurnal, pengaruhnya terhadap visibilitas, kecepatan akses, dan keterbukaan riset sangat nyata. Peneliti masa kini perlu memahami cara menggunakan preprint dengan bijak agar bisa memaksimalkan dampaknya.
1. Apa itu preprint dalam dunia akademik?
Preprint adalah versi awal dari naskah ilmiah yang belum melalui proses peer-review namun kita bagikan secara publik.
2. Apakah preprint bisa menggantikan publikasi jurnal?
Tidak. Preprint hanya sebagai pelengkap untuk menyebarkan riset lebih cepat, bukan pengganti publikasi formal.
3. Apakah semua jurnal menerima preprint?
Tidak semua, tapi banyak jurnal sekarang memperbolehkannya selama preprint kita unggah sebelum pengajuan resmi.
4. Apakah preprint bisa kita kutip?
Ya, banyak peneliti mulai mengutip preprint, tapi tergantung kebijakan jurnal dan lembaga.
5. Apakah preprint gratis?
Sebagian besar server preprint tidak memungut biaya untuk unggah atau akses, menjadikannya bagian dari gerakan open access.