
Inilah strategi publikasi jurnal di bidang kesehatan dan kedokteran yang bukan sekadar menulis dan mengirim. Di balik proses itu, ada strategi yang harus disusun dengan cermat, mulai dari pemilihan topik, penulisan artikel, pemilihan jurnal, hingga komunikasi dengan editor.
Apalagi di era sekarang, di mana reputasi seorang akademisi, dokter peneliti, atau mahasiswa profesi kesehatan kerap diukur dari seberapa aktif mereka mempublikasikan penelitian ilmiah.
Jadi wajar kalau banyak yang berlomba-lomba ingin menerbitkan karya ilmiah di jurnal yang terindeks dan bereputasi.
Nah, melalui artikel ini, kita akan membahas strategi publikasi jurnal di bidang kesehatan dan kedokteran secara lengkap. Tidak hanya teori, tapi juga praktik langsung berdasarkan pengalaman lapangan yang relevan.
Sebelum kita bahas strateginya, penting untuk memahami dulu tantangannya. Bidang kesehatan dan kedokteran punya kekhususan yang membuat proses publikasinya sedikit berbeda dibandingkan dengan bidang lain.
Beberapa tantangan yang umum dihadapi:
Protokol penelitian yang harus sangat ketat
Data harus berdasarkan uji klinis atau studi epidemiologis yang valid
Etika penelitian medis sangat dijunjung tinggi
Jurnal bereputasi memiliki proses peer-review ketat
Kompetisi antar peneliti cukup tinggi
Maka dari itu, strategi publikasi yang baik akan membantu peneliti menghindari kesalahan umum sekaligus meningkatkan peluang diterima di jurnal bergengsi.
Penelitian kesehatan yang baik lahir dari pertanyaan riset yang tajam dan berdampak. Pilih topik yang:
Sedang tren di dunia medis
Memiliki gap literatur
Relevan secara klinis dan sosial
Contohnya: Studi tentang efektivitas telemedicine pasca pandemi atau pengaruh diet mediterania terhadap pasien hipertensi.
Untuk bisa dipublikasikan, terutama di jurnal kedokteran, studi kamu harus melalui uji etik. Miliki dokumen seperti:
Surat persetujuan etik dari komite etik penelitian
Inform consent jika melibatkan partisipan
Desain studi yang memperhatikan prinsip bioetika (autonomy, beneficence, non-maleficence, justice)
Tanpa dokumen ini, naskah kamu hampir pasti akan ditolak sejak tahap awal.
Metodologi sangat menentukan kualitas dan validitas hasil penelitian. Gunakan pendekatan yang sesuai:
Kualitatif untuk eksplorasi perilaku pasien atau dokter
Kuantitatif untuk uji klinis, survei besar, atau studi kasus kontrol
Campuran (mixed method) jika ingin menggabungkan kekuatan keduanya
Sertakan pula analisis statistik yang tepat dan jelas.
Format IMRaD (Introduction, Methods, Results, and Discussion) sudah menjadi standar global dalam penulisan artikel ilmiah, terutama di jurnal medis. Pastikan setiap bagian:
Ringkas, padat, tapi lengkap
Memuat informasi yang substansial
Menghindari pengulangan
Gunakan juga bahasa Inggris akademik jika target jurnalmu adalah jurnal internasional.
Salah satu kesalahan umum peneliti pemula adalah asal kirim ke jurnal tanpa memahami karakteristiknya. Berikut cara memilih jurnal:
Cek cakupan topik jurnal (scope)
Lihat indeksasinya (Scopus, PubMed, DOAJ)
Periksa apakah open access atau berbayar
Perhatikan submission guideline secara detail
Lihat impact factor atau SINTA level jika jurnal lokal
Kamu bisa mulai dari jurnal nasional terakreditasi lalu lanjut ke jurnal internasional setelah lebih percaya diri.
Di bidang kesehatan, kredibilitas sumber sangat penting. Hindari sumber yang tidak terpercaya. Gunakan:
Jurnal peer-reviewed
Buku teks medis
Dokumen resmi WHO atau Kementerian Kesehatan
Gunakan juga tools seperti Mendeley atau Zotero untuk mengatur kutipan dan daftar pustaka secara otomatis.
Setelah artikel selesai, pastikan:
Sudah sesuai template jurnal
Telah mereka cek tata bahasa dan gaya kutipan
Bebas dari plagiarisme (minimal 90% originalitas)
Setelah submit, kamu perlu bersiap menghadapi:
Revisi minor atau mayor
Permintaan data tambahan
Penolakan dengan alasan substansi
Jangan patah semangat. Revisi adalah bagian dari proses ilmiah. Bahkan artikel terbaik pun sering direvisi berkali-kali.
Setelah berhasil publikasi, jangan berhenti di situ. Bagikan link artikel di:
Grup riset atau asosiasi profesi
Konferensi atau seminar ilmiah
Media sosial institusi atau pribadi
Ini akan meningkatkan sitasi dan menunjukkan bahwa hasil risetmu bermanfaat luas.
Dalam perjalanan publikasi, beberapa kesalahan ini sering terjadi:
Tidak menyertakan persetujuan etik
Bahasa terlalu teknis dan tidak komunikatif
Salah memilih jurnal
Mengabaikan revisi dari reviewer
Menggunakan data yang belum teranalisis dengan benar
Maka penting untuk membaca dan belajar dari artikel yang sudah lolos jurnal sebagai referensi gaya dan struktur.
Dengan memahami strategi publikasi jurnal di bidang kesehatan dan kedokteran, kamu akan lebih siap, lebih percaya diri, dan tentu lebih sukses dalam mengirimkan karya ilmiahmu ke jurnal yang tepat. Prosesnya memang panjang, tapi dengan strategi yang benar, kamu tidak akan hanya sekadar mencoba — tapi berhasil.
1. Apakah artikel review bisa lolos di jurnal kedokteran bereputasi?
Bisa. Artikel review yang sistematis dan mengandung meta-analisis sangat dihargai, terutama jika mengangkat topik penting yang belum banyak peneliti lain bahas.
2. Berapa lama proses publikasi di jurnal kesehatan biasanya berlangsung?
Bervariasi. Bisa 3 bulan hingga lebih dari 1 tahun tergantung pada jurnal, kualitas naskah, dan respons penulis terhadap revisi.
3. Apa perbedaan jurnal open access dan non-open access?
Open access bisa secara gratis oleh publik baca, biasanya ada biaya publikasi (APC). Non-open access bisa gratis saat submit, tapi hanya oleh pelanggan atau institusi baca.
4. Haruskah semua artikel menggunakan data kuantitatif?
Tidak. Banyak jurnal juga menerima penelitian kualitatif, studi kasus, atau pendekatan campuran. Yang penting, metodologinya kuat dan relevan.
5. Apakah bisa publikasi tanpa kolaborasi dengan institusi besar?
Bisa. Asal datanya valid, penulisannya bagus, dan sesuai standar jurnal, kamu tetap punya peluang besar untuk diterima, bahkan sebagai peneliti independen.