
Kebijakan publik yang berbasis pada publikasi ilmiah menjadi bukti bahwa riset akademik tidak hanya berhenti di jurnal, tetapi mampu memengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Contoh-contoh nyatanya tersebar di berbagai sektor seperti kesehatan, pendidikan, dan lingkungan.
Artikel ini akan mengulas beberapa contoh nyata kebijakan publik yang didasarkan pada penelitian ilmiah, sekaligus menunjukkan pentingnya sinergi antara akademisi dan pembuat kebijakan.
Riset ilmiah memberikan data dan bukti yang dapat memperkuat efektivitas suatu kebijakan. Dengan dasar penelitian:
Kebijakan vaksinasi nasional yang diterapkan pemerintah Indonesia mengacu pada berbagai hasil riset dari LIPI, UI, dan lembaga internasional seperti WHO. Riset-riset tersebut meliputi:
Baca juga: Bagaimana Data dari Publikasi Ilmiah Bisa Mempengaruhi Keputusan Pemerintah?
Kebijakan sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) disusun berdasarkan penelitian tentang ketimpangan akses pendidikan. Riset dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) menunjukkan ketidakmerataan kualitas dan akses yang signifikan antar wilayah.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 142 Tahun 2019 mengenai larangan kantong plastik di pusat perbelanjaan didasarkan pada riset lingkungan hidup yang menunjukkan:
Kenaikan tarif cukai rokok dari tahun ke tahun selalu mengacu pada:
UMR di Indonesia dihitung berdasarkan formula yang melibatkan:
Kolaborasi antara akademisi dan pembuat kebijakan menciptakan:
Contohnya, riset LIPI tentang potensi daerah pesisir dimanfaatkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam menyusun program ekonomi biru (blue economy).
Kebijakan publik yang baik harus berbasis pada bukti, bukan semata opini. Publikasi ilmiah menjadi alat penting dalam menyediakan data, analisis, dan saran yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Semakin sering akademisi dan peneliti dilibatkan dalam proses kebijakan, maka kualitas pembangunan di berbagai sektor akan meningkat dan berdampak jangka panjang.
1. Apa itu evidence-based policy?
Kebijakan publik yang dirumuskan berdasarkan hasil riset ilmiah atau bukti konkret dari data dan studi akademik.
2. Mengapa publikasi ilmiah penting dalam pembuatan kebijakan?
Karena publikasi memberikan referensi objektif untuk mendukung atau mengkritisi kebijakan.
3. Siapa saja yang bisa membuat publikasi ilmiah untuk kebijakan?
Akademisi, lembaga penelitian, think tank, bahkan mahasiswa tingkat akhir yang melakukan riset yang relevan.
4. Apakah semua kebijakan di Indonesia sudah berbasis riset?
Belum semua, tetapi tren ke arah itu semakin kuat terutama sejak pandemi.
5. Di mana bisa membaca publikasi ilmiah yang digunakan dalam kebijakan?
Di jurnal nasional seperti SINTA, atau publikasi internasional seperti WHO, World Bank, dan Nature.