Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Penulisan Proposal Penelitian

Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Penulisan Proposal Penelitian

Menulis proposal penelitian sering dianggap remeh, padahal ini kunci agar risetmu lanjut ke tahap berikutnya. Banyak peneliti pemula tergelincir karena tidak menyadari kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian.

Mulai dari rumusan masalah yang samar, metodologi kurang detail, hingga penyusunan pustaka yang asal-asalan. Di sini, kita akan bedah 10 kesalahan paling umum beserta cara menghindarinya.

Rumusan Masalah Tidak Jelas atau Terlalu Umum

Salah satu kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian adalah rumusan masalah yang samar atau terlalu luas. Misalnya:

“Bagaimana pengaruh teknologi digital terhadap pendidikan?”

Kalau terlalu umum, pembimbing atau reviewer bakal bingung: apakah fokusnya kurikulum, akses perangkat, efisiensi belajar, atau lainnya?

Solusi: Batasi masalah, misalnya:

“Bagaimana pengaruh penggunaan e‑learning terhadap motivasi belajar siswa SMA selama pandemi?”

Tambahkan variabel dan konteks agar lebih tajam.

Tujuan Penelitian Terlalu Banyak atau Tidak Langsung

Berikutnya, tujuan penelitian yang terlalu banyak atau tidak merujuk langsung pada rumusan masalah. Ini juga masuk dalam kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian, karena bisa mengaburkan fokus.

Contoh:

Solusi: Susun 2–3 tujuan spesifik yang sesuai rumusan masalah. Contoh:

  1. Mengukur tingkat motivasi siswa dengan skala likert

  2. Menganalisis perbedaan motivasi antara pengguna dan non‑pengguna e‑learning

Tinjauan Pustaka Minim atau Tidak Relevan

Proposal yang baik membutuhkan landasan teori kuat. Namun kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian adalah pustaka yang dangkal – hanya 3–4 sumber lama atau tidak relevan.

Solusi:

Metode Penelitian Tidak Lengkap atau Tidak Tepat

Metodologi adalah bagian krusial. Terlalu umum seperti “kuantitatif” tanpa jelaskan desain, populasi, sampel, instrumen atau analisis.

Ini juga termasuk kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian karena membuat tim penilai kebingungan.

Solusi:
Rinci seperti ini:

  • Jenis penelitian: kuantitatif eksperimen

  • Populasi: siswa SMA X

  • Sampel: 60 orang (30 kelompok kontrol, 30 kelompok eksperimen)

  • Instrumen: kuesioner validitas tinggi, reliabilitas ≥ 0,70

  • Teknik analisis: uji t‑pair dan linear regression

Jadwal dan Anggaran Tidak Realistis

Peneliti sering menilai terlalu optimis sehingga jadwal dan anggaran dianggap tidak realistis. Ini cukup umum dalam kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian dan bisa menyebabkan penolakan langsung.

Solusi:
Buat Gantt chart sederhana untuk jadwal (bulan per tahap) dan breakdown anggaran sesuai realitas (biaya cetak, perjalanan, bahan). Sesuaikan dengan ketentuan institusi atau pengusul dana.

Format Proposal Tidak Sesuai Panduan

Sering terlupakan: struktur internal proposal harus mengikuti template. Format yang berbeda bisa langsung menjadi poin minus. Itu adalah kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian karena dianggap tidak teliti.

Solusi:
Unduh panduan resmi dari universitas/lembaga. Gunakan format font, margin, dan reference style yang sesuai (APA, IEEE, Vancouver).

Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian Tidak Diformulasikan

Proposal tanpa hipotesis atau pertanyaan penelitian adalah hal yang cukup umum. Ini jelas termasuk kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian, karena akan bikin segmen metode dan analisis jadi tak bermakna.

Solusi:

  • Untuk penelitian kuantitatif, buat hipotesis jelas: “H₀: …, H₁: …”

  • Untuk kualitatif, susun pertanyaan eksploratif: “Bagaimana persepsi siswa terhadap e‑learning?”

Penggunaan Bahasa Tidak Konsisten dan Baku

Bahasa santai memang nyaman dibaca, tapi proposal harus tetap formal dan bahasa baku. Banyak peneliti pemula salah menggunakan istilah sehari-hari atau singkatan tidak resmi itulah kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian.

Solusi:
Perbanyak baca jurnal dan contoh proposal. Gunakan istilah seperti “penelitian ini bertujuan…” bukan “kali ini saya akan…”. Setelah selesai, edit ulang secara detail atau minta bantuan proofreader.

Daftar Pustaka Tidak Konsisten

Daftar pustaka yang acak gaya (campuran APA dan Vancouver misalnya), atau data referensi tidak lengkap, merupakan kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian dan bisa membuat reviewer berpikir penulis tidak profesional.

Solusi:
Gunakan tools referensi seperti Zotero/Mendeley atau EndNote. Pilih satu gaya sitasi dan gunakan konsisten. Periksa tiap entry agar lengkap dan sesuai format.

Tinjauan Etik Penelitian Tidak Dicantumkan

Jika penelitian melibatkan manusia atau hewan, wajib ada bagian etika. Absen satu bagian ini juga termasuk kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian karena bisa mengakibatkan legalitas riset dipertanyakan.

Solusi:
Tambah subbagian “Pertimbangan Etika” yang mencakup: informed consent, kerahasiaan, anonim, risiko & mitigasinya. Cantumkan pula Rencana mengurus persetujuan komite etik jika diperlukan.

Cara Cepat Cek & Revisi Proposal

  1. Daftar checklist tiap bagian

  2. Minta feedback dari pembimbing

  3. Gunakan tools grammar dan proofreader

  4. Cek ulang format dan reference style

  5. Simulasikan presentasi untuk anticipasi pertanyaan panel

Kesimpulan

Menghindari kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan proposal penelitian tidak sulit kalau kamu sistematis. Mulai dari rumusan masalah, metodologi, referensi, etika, sampai proofreading. Dengan memahami potensi kesalahan dan tahu cara perbaikinya, peluang proposal kamu disetujui akan meningkat pesat.

FAQ

1. Mengapa rumusan masalah sering ditolak?
Karena terlalu umum, tidak spesifik, atau tidak bisa kita uji harus buat tajam dan relevan dengan gap penelitian.

2. Bolehkah pakai referensi lama?
Boleh, tapi harus ada referensi terkini minimal 30–50% agar proposal tampak relevan.

3. Apakah jadwal harus detil sampai hari per hari?
Tidak perlu terlalu rinci. Bulanan sudah cukup, kecuali jika lembaga minta detil mingguan.

4. Bagaimana cara membuat hipotesis kualitatif?
Kalau kualitatif, gunakan pertanyaan eksploratif, bukan hipotesis yang mengandung prediksi statistik.

5. Apakah tiap proposal harus punya pertimbangan etika?
Ya, ini wajib terutama jika melibatkan manusia atau hewan. Bahkan survei online pun perlu persetujuan inform consent.

Linkedin : Mamduh Rihadatul Aisy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Chat WhatsApp
WhatsApp