
Media sosial bukan hanya tempat berbagi foto atau berita harian — kini menjadi alat penting untuk memperkenalkan karya ilmiah ke dunia. Pelajari strategi efektif menggunakan media sosial untuk meningkatkan visibilitas artikel ilmiah, membangun reputasi akademik, dan memperluas jejaring profesional.
Di era digital yang serba cepat ini, batas antara dunia akademik dan dunia maya semakin tipis.
Jika dulu artikel ilmiah hanya berputar di kalangan kampus, kini media sosial memungkinkan riset ilmiah dikenal oleh publik luas — dari peneliti, mahasiswa, hingga masyarakat umum.
Sayangnya, masih banyak akademisi dan peneliti yang menganggap promosi ilmiah di media sosial adalah hal yang “kurang ilmiah”. Padahal, justru lewat media sosial, karya penelitian bisa menjangkau ribuan orang hanya dalam hitungan jam.
Sebuah artikel yang dipublikasikan di jurnal internasional mungkin hanya dibaca oleh segelintir orang. Namun ketika artikel itu dibagikan di media sosial, ia bisa viral dan memancing diskusi luas.
Menurut data dari Altmetric (2024), sekitar 65% peneliti yang aktif di media sosial mengalami peningkatan jumlah pembaca dan sitasi hingga dua kali lipat dibanding mereka yang pasif.
Promosi ilmiah di media sosial juga berperan penting dalam:
Tidak semua media sosial cocok untuk semua jenis promosi. Setiap platform memiliki karakteristik audiens dan gaya komunikasi yang berbeda. Berikut panduan singkatnya:
Platform ini paling ideal untuk akademisi dan profesional.
Kamu bisa membagikan abstract, cuplikan hasil riset, atau infografik. Sertakan juga link ke artikel aslimu.
LinkedIn memiliki algoritma yang mendukung konten edukatif dan riset.
Twitter dikenal sebagai tempat diskusi akademik paling aktif.
Gunakan tagar seperti #AcademicTwitter
, #Research
, atau #OpenScience
agar peneliti lain menemukan postinganmu.
Gunakan visual menarik seperti quote, infografik, atau foto kegiatan riset.
Cocok untuk membangun public awareness atau memperkenalkan sisi humanis dari peneliti.
Masih relevan untuk komunitas akademik regional.
Bagikan artikelmu di grup riset atau komunitas ilmiah sesuai bidangmu.
Ideal untuk menjelaskan hasil riset dalam bentuk video pendek.
Konten video membuat penelitian lebih mudah dipahami oleh non-akademisi.
Salah satu kesalahan umum dalam promosi ilmiah adalah menulis caption yang terlalu kaku atau penuh jargon akademik.
Padahal, di media sosial, yang dibutuhkan adalah keseimbangan antara ilmiah dan komunikatif.
Coba gunakan struktur sederhana:
Contoh:
“Tahukah kamu bahwa 80% mahasiswa mengalami academic burnout di tahun kedua kuliah? Dalam riset terbaru kami di Jurnal Psikologi Edukasi (2025), kami menemukan solusi berbasis mindfulness yang terbukti menurunkan stres akademik hingga 40%. Cek link di bio untuk baca artikelnya!”
Sederhana, komunikatif, tapi tetap ilmiah.
Konten visual terbukti meningkatkan engagement hingga 2,3 kali lipat dibanding teks saja.
Gunakan alat gratis seperti Canva, Piktochart, atau Infogram untuk membuat:
Tambahkan logo institusi atau nama jurnal di pojok bawah agar tetap kredibel dan mudah dikenali.
Setiap kali kamu membagikan karya ilmiah, kamu sedang membangun reputasi digital.
Pastikan untuk:
Jika dilakukan secara konsisten, akunmu akan dikenal sebagai sumber pengetahuan yang kredibel.
Hal ini bisa berpengaruh pada search visibility di Google Scholar maupun ORCID.
Menurut riset Altmetric Analytics (2024):
Konsistensi lebih penting daripada frekuensi.
Lebih baik posting seminggu sekali dengan konten berkualitas daripada setiap hari tapi asal-asalan.
Promosi ilmiah bukan hanya tentang membagikan link, tapi juga membangun percakapan.
Jika seseorang berkomentar, balas dengan ramah dan terbuka.
Gunakan kesempatan ini untuk berdiskusi atau menjawab pertanyaan seputar risetmu.
Kamu juga bisa:
Interaksi semacam ini memperluas jaringan dan membuat akunmu hidup, bukan sekadar “papan pengumuman ilmiah”.
Meski media sosial bersifat bebas, tetap jaga etika profesional.
Beberapa hal penting:
Promosi ilmiah yang beretika justru akan meningkatkan kredibilitasmu di mata komunitas riset.
Kamu bisa memanfaatkan alat analitik seperti:
Data ini membantu kamu mengetahui konten mana yang paling menarik perhatian pembaca.
Gunakan hasilnya untuk mengatur strategi konten berikutnya.
Promosi artikel ilmiah melalui media sosial bukan hanya tren, tapi sudah menjadi kebutuhan akademik modern.
Melalui platform digital, kamu bisa:
Ingat, penelitian yang hebat pantas untuk dikenal dunia.
Media sosial adalah jembatan antara hasil riset dan pembaca global yang menantikan kontribusimu.
1. Apakah promosi artikel ilmiah di media sosial dianggap profesional?
Ya. Banyak universitas dan lembaga riset kini mendorong dosen serta mahasiswa aktif membagikan riset mereka di media sosial.
2. Platform mana yang paling efektif untuk akademisi pemula?
LinkedIn dan ResearchGate adalah pilihan terbaik untuk membangun jejaring awal.
3. Apakah boleh membuat video penjelasan riset di TikTok?
Boleh, asalkan konten tetap menjaga kredibilitas akademik dan tidak menyesatkan.
4. Apakah promosi ilmiah meningkatkan peluang sitasi?
Sangat mungkin, terutama jika banyak peneliti lain yang menemukan risetmu lewat tautan yang kamu bagikan.