
Buat kamu yang sedang mengejar karier akademik atau sedang menyiapkan publikasi ilmiah, mungkin pernah bertanya, “Apakah publikasi di jurnal open access bisa meningkatkan sitasi?”
Pertanyaan ini nggak cuma populer di kalangan dosen muda, tapi juga jadi bahan diskusi di berbagai seminar riset. Pasalnya, publikasi bukan cuma soal kelulusan atau pemenuhan beban kerja dosen, tapi juga tentang seberapa besar dampaknya dalam komunitas ilmiah.
Dalam artikel ini, kita akan kupas tuntas soal dunia jurnal open access. Mulai dari apa itu open access, keuntungan dan kerugiannya, hingga kaitannya dengan peningkatan sitasi. Semua dibahas dengan bahasa yang santai, tapi tetap tajam dan berbobot.
Sebelum menjawab apakah publikasi di jurnal open access bisa meningkatkan sitasi, kita harus pahami dulu apa sebenarnya jurnal open access itu.
Secara sederhana, jurnal open access adalah jurnal ilmiah yang bisa diakses siapa saja tanpa harus berlangganan atau membayar.
Siapa pun, dari mana pun, bisa membaca, mengunduh, dan membagikan artikel yang diterbitkan di jurnal jenis ini. Model ini berbeda dengan jurnal berbayar atau langganan yang aksesnya terbatas hanya untuk institusi tertentu atau individu yang membayar.
Keterbukaan ini tentu memberi keuntungan besar, terutama bagi peneliti di negara berkembang atau mereka yang tidak punya akses ke database jurnal berbayar.
Nah, sekarang masuk ke pembahasan inti: apakah publikasi di jurnal open access bisa meningkatkan sitasi?
Mari kita lihat dari sisi manfaat dulu.
Salah satu alasan utama mengapa publikasi di jurnal open access bisa meningkatkan sitasi adalah karena akses yang luas. Artikel yang bisa dibaca siapa saja akan lebih sering muncul di pencarian Google Scholar, ResearchGate, atau bahkan di media sosial akademik seperti Academia.edu.
Banyak jurnal open access yang terindeks di database besar seperti Scopus, DOAJ, atau Web of Science. Jika artikelmu ada di jurnal open access yang terindeks, kemungkinan besar akan ditemukan dan disitasi oleh peneliti lain.
Artikel open access bisa langsung dibagikan via email, grup WhatsApp akademik, bahkan di LinkedIn. Ini membuka peluang lebih besar untuk dikenal, dibaca, dan tentu saja disitasi.
Beberapa studi menunjukkan bahwa artikel yang dipublikasikan di jurnal open access memang memiliki tingkat sitasi lebih tinggi dibandingkan jurnal tertutup.
Tapi penting dicatat, bukan semata-mata karena open access-nya, melainkan karena visibilitas dan distribusi yang lebih baik.
Namun, ini bukan jaminan pasti. Sitasi juga sangat dipengaruhi oleh topik, relevansi, dan kualitas tulisan. Kalau artikelnya bagus, dibutuhkan, dan ditulis dengan jelas, peluang disitasi tetap tinggi, baik itu open access atau tidak.
Sebelum terlalu semangat submit ke jurnal open access, kamu juga harus tahu risikonya. Jangan sampai niatnya ingin dapat sitasi malah terjebak di jurnal predator.
Ada banyak jurnal open access abal-abal yang hanya mengejar uang dari penulis. Mereka biasanya tidak menjalankan peer review dengan benar, tidak transparan soal editorial board, dan kualitas artikel sangat rendah.
Banyak jurnal open access memungut Article Processing Charge (APC). Biayanya bisa bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Pastikan kamu mengecek dulu apakah biayanya sesuai dengan reputasi jurnalnya.
Jika jurnal tersebut tidak terindeks di database seperti SINTA, DOAJ, atau Scopus, kemungkinan besar akan sulit diakui dalam akreditasi atau penilaian BKD dosen.
Kalau kamu ingin mencoba publikasi di jurnal open access dan tetap berharap bisa meningkatkan sitasi, berikut beberapa tips yang bisa kamu ikuti:
Pastikan jurnal tersebut terdaftar di database yang kredibel seperti DOAJ, Scopus, atau Web of Science.
Editor dan reviewer-nya harus berasal dari institusi yang jelas, bukan nama-nama asing yang sulit dilacak jejak akademiknya.
Kualitas artikel yang sudah terbit bisa jadi indikator seberapa serius jurnal ini mengelola naskah. Kalau banyak yang asal-asalan, sebaiknya pikir dua kali.
Jurnal yang baik biasanya transparan soal proses peer review. Kalau semua artikel langsung terbit dalam 2-3 hari tanpa revisi, patut dicurigai.
Setelah naskahmu diterbitkan di jurnal open access, jangan berhenti di situ. Kamu masih bisa lakukan langkah-langkah berikut untuk menaikkan peluang sitasi:
Bagikan di media sosial akademik
Upload ke repository kampus
Ciptakan infografis untuk versi ringkasnya
Sertakan di portofolio Google Scholar atau ORCID
Kolaborasi dengan peneliti lain untuk mengembangkan topik serupa
Dengan cara ini, kamu bisa memperbesar jangkauan artikelmu dan menjawab pertanyaan apakah publikasi di jurnal open access bisa meningkatkan sitasi dengan hasil nyata.
Publikasi di jurnal open access memang memberi peluang lebih besar untuk ditemukan dan dibaca. Namun, kualitas tulisan tetap menjadi penentu utama. Kamu perlu memilih jurnal dengan hati-hati dan mempromosikan artikelmu secara aktif setelah diterbitkan.
1. Apakah jurnal open access pasti meningkatkan sitasi?
Tidak selalu, tapi peluangnya lebih tinggi karena artikel lebih mudah diakses dan dibaca.
2. Apa indikator jurnal open access yang bagus?
Terindeks di database kredibel, memiliki peer review yang ketat, dan editorial board yang jelas.
3. Apakah jurnal open access selalu mahal?
Tidak juga. Ada banyak jurnal open access yang gratis atau biaya terjangkau.
4. Apakah jurnal open access aman untuk publikasi ilmiah?
Aman, selama bukan jurnal predator. Lakukan pengecekan kualitas sebelum mengirimkan naskah.
5. Bagaimana strategi meningkatkan sitasi setelah publikasi?
Promosikan artikelmu secara aktif di media sosial akademik, repository, dan platform riset.