Bagaimana Cara Mengajukan Paper ke Konferensi Internasional?

Bagaimana Cara Mengajukan Paper ke Konferensi Internasional?

Buat kamu yang sedang meniti karier akademik atau sedang kuliah S2/S3, mengikuti konferensi internasional bisa jadi langkah penting dalam membangun reputasi ilmiah. Tapi pertanyaannya, bagaimana cara mengajukan paper ke konferensi internasional? Apakah sulit? Apakah butuh koneksi?

Tenang. Kamu tidak sendirian. Banyak peneliti dan mahasiswa pemula juga punya pertanyaan yang sama. Artikel ini akan membahas langkah-langkah praktisnya dengan gaya santai dan ringan, tapi tetap komprehensif agar kamu bisa siap mengirim paper ke level internasional.

Mengapa Mengikuti Konferensi Internasional Itu Penting?

Sebelum bahas teknis pengajuan, penting juga memahami kenapa konferensi internasional punya nilai strategis dalam dunia akademik:

Dengan semua manfaat itu, wajar jika banyak penulis bertanya-tanya, bagaimana cara mengajukan paper ke konferensi internasional? Mari kita bedah langkah-langkahnya.

1. Pahami Dulu Apa Itu Call for Papers (CFP)

Langkah pertama adalah mencari tahu konferensi mana yang sedang membuka Call for Papers (CFP). CFP adalah pengumuman resmi dari panitia konferensi bahwa mereka sedang menerima pengajuan naskah. Informasi ini biasanya berisi:

Kamu bisa menemukan CFP melalui:

2. Pilih Konferensi yang Sesuai Bidangmu

Jangan asal kirim paper ke semua konferensi. Pilih yang sesuai dengan bidang risetmu, supaya peluang diterima lebih tinggi. Misalnya kamu meneliti tentang teknologi pendidikan, maka pilih konferensi yang fokusnya pada education, learning technology, atau digital pedagogy.

Periksa juga apakah konferensi tersebut:

  • Diselenggarakan oleh institusi terpercaya

  • Pernah diselenggarakan sebelumnya (bukan event abal-abal)

  • Menyediakan publikasi prosiding yang terindeks Scopus atau lainnya

3. Tulis Abstrak yang Menarik dan Ringkas

Sebagian besar konferensi internasional meminta kamu mengirim abstrak terlebih dahulu sebelum full paper. Di tahap ini, kamu harus bisa menjual ide risetmu hanya dalam 200–300 kata.

Tips membuat abstrak yang kuat:

  • Langsung to the point: apa masalah dan solusi yang kamu tawarkan

  • Tunjukkan novelty atau kebaruan

  • Gunakan bahasa akademik tapi mudah dipahami

  • Hindari istilah yang terlalu teknis jika tidak perlu

Kalau abstrakmu diterima, biasanya kamu akan mendapat email konfirmasi dan diminta mengirim full paper sesuai format yang ditentukan.

4. Tulis Full Paper Sesuai Template Konferensi

Setelah abstrak diterima, saatnya kamu menulis full paper. Nah, di sinilah banyak yang bingung tentang bagaimana cara mengajukan paper ke konferensi internasional secara teknis. Pastikan kamu:

  • Mengikuti template yang diberikan panitia

  • Menggunakan bahasa Inggris akademik

  • Menyertakan kutipan dan daftar pustaka yang sesuai gaya penulisan (APA, IEEE, dll.)

  • Memastikan struktur paper jelas: abstrak, pendahuluan, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan

Gunakan tools bantu seperti Grammarly, Google Translate (untuk menerjemahkan draf awal), dan minta proofread dari dosen atau rekan.

5. Submit Melalui Sistem Resmi

Setiap konferensi biasanya menyediakan sistem online untuk submission, seperti:

  • EasyChair

  • ConfTool

  • CMT (Microsoft)

  • Email resmi panitia (jika skala kecil)

Kamu hanya perlu daftar akun, unggah paper, dan isi metadata seperti judul, nama penulis, afiliasi, serta abstrak. Jangan lupa simpan bukti submit dan catat tanggal penting seperti:

  • Tanggal pengumuman review

  • Deadline revisi (jika ada)

  • Tanggal konferensi

6. Siapkan Presentasi Setelah Paper Diterima

Jika paper kamu diterima, selamat! Tapi pekerjaan belum selesai. Kamu harus menyiapkan presentasi, karena sebagian besar konferensi mewajibkan presenter hadir (secara langsung atau virtual).

Tips presentasi konferensi internasional:

  • Buat slide yang ringkas dan visual

  • Hindari teks terlalu banyak

  • Latih presentasi dalam bahasa Inggris

  • Fokus pada poin penting: masalah, solusi, hasil riset

  • Jangan lupa waktu presentasi biasanya hanya 10–15 menit

7. Urus Visa dan Biaya (Jika Konferensi Offline)

Jika kamu akan hadir langsung ke lokasi konferensi di luar negeri, pastikan kamu mengurus hal-hal ini:

  • Visa kunjungan singkat (khusus akademik)

  • Tiket dan akomodasi

  • Biaya registrasi konferensi

Cek juga apakah kampus atau lembagamu menyediakan bantuan dana atau hibah konferensi. Banyak institusi yang mendukung dosen dan mahasiswa berprestasi untuk ikut event internasional.

8. Publikasi di Prosiding atau Jurnal Terindeks

Setelah konferensi selesai, panitia biasanya akan memproses paper untuk masuk ke prosiding atau jurnal tertentu. Tidak semua langsung masuk Scopus, tapi kamu bisa cek:

  • Apakah prosiding terbit di publisher bereputasi seperti Springer, IEEE, atau Elsevier

  • Apakah ada pilihan journal extension untuk publikasi lebih lanjut

  • Apakah naskahmu perlu revisi sebelum diterbitkan

Ini adalah bagian penting dalam menjawab bagaimana cara mengajukan paper ke konferensi internasional karena publikasi resmi memberi dampak nyata ke CV ilmiah kamu.

Kesimpulan

Jadi, bagaimana cara mengajukan paper ke konferensi internasional? Jawabannya ada dalam persiapan matang, ketelitian mengikuti aturan, dan keberanian untuk mencoba.

FAQ

1. Apa bedanya konferensi internasional dan seminar lokal?

Konferensi internasional berskala global, pesertanya dari berbagai negara, dan biasanya menggunakan bahasa Inggris serta publikasinya lebih diakui.

2. Apakah harus dosen untuk bisa submit paper ke konferensi internasional?

Tidak. Mahasiswa pun bisa, asalkan risetnya sesuai dan berkualitas.

3. Apakah semua paper yang diajukan pasti diterima?

Tidak. Ada proses review yang menentukan apakah paper layak dipresentasikan dan dipublikasikan.

4. Haruskah semua konferensi memberikan publikasi di jurnal terindeks?

Tidak semua. Tapi konferensi yang bereputasi biasanya menyediakan opsi publikasi di prosiding atau jurnal setelah proses tambahan.

5. Bagaimana cara mencari sponsor atau bantuan dana untuk ikut konferensi?

Kamu bisa ajukan ke kampus, lembaga riset, atau program pendanaan dari pemerintah seperti LPDP atau Kemendikbud.

Linkedin : Mamduh Rihadatul Aisy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Chat WhatsApp
WhatsApp