
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mentransformasi proses penulisan akademik, menawarkan efisiensi dan inovasi.
Namun, penggunaannya harus selaras dengan prinsip etika akademik untuk menjaga integritas intelektual.
Artikel ini menjelaskan konsep AI, panduan penggunaan AI dalam penulisan secara etis, dan implikasinya dalam konteks keilmuan.
Kecerdasan buatan (AI) merujuk pada sistem komputer yang mampu menjalankan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti pemrosesan bahasa, analisis data, dan pembuatan konten.
Menurut Russell dan Norvig (2021), AI berbasis model pembelajaran mesin, seperti model bahasa generatif, dapat menghasilkan teks yang menyerupai tulisan manusia.
Dalam penulisan akademik, AI dapat digunakan untuk merangkum literatur, memperbaiki tata bahasa, atau menghasilkan draf awal, tetapi penggunaannya harus mematuhi standar etika untuk mencegah pelanggaran seperti plagiarisme atau ketidakjujuran akademik.
Baca Juga: Cara Menulis dengan Parafrase yang Tepat untuk Menghindari Plagiarisme
Inilah bagaimana menggunakan AI dalam menulis tanpa melanggar Etika, temukan jawabannya disini sebagai berikut:
AI menawarkan potensi besar dalam meningkatkan efisiensi penulisan akademik, tetapi penggunaannya harus diimbangi dengan komitmen terhadap etika.
Dengan menggunakan AI sebagai alat bantu, mengakui penggunaannya, memverifikasi orisinalitas, dan mematuhi pedoman institusi, penulis dapat menghindari pelanggaran etika seperti plagiarisme.
Dalam konteks jurnal Sinta 2 berbahasa Indonesia, praktik ini memperkuat integritas akademik sekaligus memanfaatkan teknologi. Penggunaan AI yang etis tidak hanya menjaga kredibilitas penulis, tetapi juga mendukung tradisi keilmuan yang transparan dan bertanggung jawab.