
Bagaimana meningkatkan peluang publikasi di jurnal Scopus? Pertanyaan ini menjadi perhatian utama para peneliti, dosen, dan mahasiswa pascasarjana yang ingin menembus jurnal bereputasi internasional. Proses seleksi di jurnal Scopus terkenal ketat, namun bukan berarti mustahil untuk diterima.
Dalam artikel ini, Anda akan mempelajari strategi teruji untuk meningkatkan peluang lolos publikasi di jurnal Scopus. Mulai dari pemilihan jurnal, penulisan artikel ilmiah, hingga komunikasi dengan editor — semua dibahas lengkap dengan tips praktis!
Scopus hanya mengindeks jurnal-jurnal yang memiliki proses peer-review ketat, kualitas editorial tinggi, dan standar internasional. Maka dari itu:
🔍 Jangan asal kirim ke jurnal Q1 jika riset Anda belum cukup kuat. Mulailah dengan jurnal Q3–Q4 yang relevan dan memiliki scope yang sesuai.
🔗 Gunakan https://www.scopus.com/sources dan https://www.scimagojr.com untuk mencari jurnal berdasarkan bidang, CiteScore, dan quartile.
Baca juga: Perbedaan Jurnal Q1, Q2, Q3, dan Q4 di Scopus
Pastikan struktur artikel Anda mengikuti pola standar:
Gunakan template dari jurnal tujuan sebagai panduan utama.
Penulisan harus:
📌 Gunakan jasa proofreader atau software seperti Grammarly Premium, Scribendi, atau Wordvice untuk menyempurnakan artikel Anda.
Editor jurnal Scopus tidak hanya mencari artikel yang “menarik”, tetapi yang:
Gunakan kalimat seperti:
“This study offers a novel perspective on…”
“To our knowledge, no previous study has investigated…”
Gunakan 70–90% referensi dari 5 tahun terakhir, terutama dari jurnal Scopus dan Web of Science. Hindari:
Gunakan Google Scholar, Scopus, atau Dimensions.ai untuk mencari referensi bereputasi.
Meningkatkan peluang publikasi di jurnal Scopus bukan sekadar soal kualitas riset, tetapi juga strategi, kedisiplinan, dan komunikasi yang baik dengan dunia akademik internasional. Banyak peneliti gagal bukan karena idenya lemah, tetapi karena tidak mengikuti standar jurnal yang dituju.
Dengan mempelajari format, menyesuaikan topik dengan scope jurnal, memperkuat kebaruan riset, serta menggunakan bahasa Inggris yang baik, peluang Anda untuk diterima di jurnal Scopus bisa meningkat signifikan. Kuncinya adalah konsistensi, persiapan matang, dan tidak mudah menyerah.
Ya. Semua jurnal di Scopus sudah melalui seleksi ketat. Q1–Q4 hanya menunjukkan dampak relatif dalam kategori tertentu.
Rata-rata antara 3 hingga 6 bulan, tergantung jurnal dan jumlah reviewer.
Sangat bisa. Bahasa yang tidak jelas atau berantakan sering jadi alasan penolakan awal.
Tergantung. Beberapa jurnal open access mengenakan Article Processing Charge (APC), sementara yang lain gratis (subscription-based).
Bisa, tetapi artikel kolaboratif dengan lebih dari satu penulis sering dilihat lebih serius oleh editor karena dinilai lebih matang secara ilmiah.