
Menjelaskan keterbatasan penelitian dalam bagian diskusi adalah hal penting untuk menjaga transparansi dan kredibilitas artikel ilmiah. Artikel ini membahas cara menulis keterbatasan penelitian dengan tepat tanpa merusak nilai penelitian.
Keterbatasan penelitian bukan kelemahan, tetapi bagian alami dari proses ilmiah. Dengan mengakuinya, penulis menunjukkan sikap akademik yang jujur dan membuka peluang penelitian lanjutan.
Keterbatasan penelitian adalah faktor-faktor yang membatasi generalisasi atau keakuratan temuan. Banyak penulis pemula enggan menulisnya karena takut dianggap menurunkan kualitas penelitian.
Padahal, keterbatasan justru membuat artikel lebih:
Beberapa keterbatasan umum yang sering muncul:
Menulis keterbatasan bukan sekadar daftar kelemahan, tetapi harus disajikan dengan bijak.
👉 Baca juga: Kesalahan yang Harus Dihindari dalam Menulis Diskusi Artikel Ilmiah
📌 Sumber: APA Style – Reporting Limitations of Research
Keterbatasan penelitian bukan hal yang harus ditakuti. Dengan menuliskannya secara seimbang, peneliti justru menegaskan integritas akademiknya.
Menjelaskan keterbatasan dengan jelas membantu pembaca memahami ruang lingkup temuan, serta memberi arah bagi penelitian berikutnya. Ini adalah bagian penting dalam proses ilmiah yang sehat.
1. Apakah semua penelitian punya keterbatasan?
Ya, tidak ada penelitian yang sempurna.
2. Apakah keterbatasan bisa membuat artikel ditolak?
Tidak, justru tidak menulis keterbatasan bisa membuat artikel kurang kredibel.
3. Di bagian mana keterbatasan ditulis?
Biasanya di akhir diskusi atau subbagian khusus “Limitations”.
4. Apakah keterbatasan harus ditulis detail?
Cukup jelas dan ringkas, jangan sampai mendominasi diskusi.
5. Bagaimana jika penelitian hampir tanpa keterbatasan?
Tetap cari dan tulis minimal satu keterbatasan yang realistis.