
Cara menggunakan database akademik seperti Scopus dan Web of Science wajib dipahami mahasiswa dan peneliti. Kedua database ini menyediakan jurnal internasional bereputasi yang sering dijadikan acuan dalam penulisan skripsi, tesis, maupun publikasi ilmiah.
Artikel ini membahas perbedaan Scopus dan Web of Science, langkah-langkah penggunaannya, serta tips praktis agar pencarian referensi lebih efektif dan tepat sasaran.
Scopus adalah database bibliografi yang dikelola Elsevier. Berisi lebih dari 88 juta dokumen dari jurnal internasional, prosiding, dan paten. Banyak universitas mensyaratkan mahasiswa menggunakan sumber dari Scopus untuk memperkuat landasan teori.
Web of Science adalah database penelitian yang dikelola Clarivate. Basis datanya mencakup jurnal-jurnal bereputasi tinggi dengan sistem seleksi ketat. WoS sering dipakai untuk mengukur impact factor dan h-index peneliti.
Kesamaan:
Perbedaan:
Baca juga: Cara Menghindari Plagiarisme dalam Penulisan Skripsi
Menggunakan Scopus dan Web of Science membantu mahasiswa mendapatkan literatur yang kredibel, mutakhir, dan diakui internasional. Dengan strategi pencarian yang tepat, skripsi atau penelitian akan lebih kokoh secara akademik.
Ingat, kualitas referensi jauh lebih penting daripada kuantitas. Lebih baik menggunakan 20 jurnal bereputasi daripada 50 sumber yang meragukan.
1. Apakah Scopus dan Web of Science gratis?
Tidak, akses biasanya melalui universitas.
2. Apa bedanya Scopus dengan Google Scholar?
Scopus lebih ketat dalam seleksi jurnal, Google Scholar lebih luas tapi tidak semuanya berkualitas.
3. Apakah semua artikel di Scopus bisa diunduh gratis?
Tidak. Beberapa berbayar, tapi bisa diakses melalui kampus.
4. Bagaimana cara tahu jurnal bereputasi di WoS?
Cek di “Journal Citation Reports” untuk melihat impact factor.
5. Apakah skripsi wajib pakai referensi Scopus/WoS?
Tergantung kebijakan kampus, tapi semakin banyak semakin baik.
External link: Elsevier – Scopus Overview