
Pernah merasa artikel ilmiahmu sudah bagus, tapi kenapa jumlah sitasinya minim? Tenang, kamu tidak sendirian. Banyak peneliti menghadapi hal yang sama, kamu hanya harus tau cara meningkatkan jumlah sitasi pada artikel ilmiah.
Menulis artikel yang berkualitas tinggi memang penting, tapi itu baru separuh jalan. Yang tak kalah penting adalah dengan cara meningkatkan jumlah sitasi pada artikel imiah agar karya kita terkenal dan manfaatkan lebih luas.
Dalam artikel ini, kita akan bahas tuntas strategi, tips, dan trik praktis yang bisa kamu terapkan untuk meningkatkan jumlah sitasi, dari sebelum artikel dipublikasikan hingga setelahnya. Yuk simak!
Sitasi bukan hanya soal angka. Sitasi mencerminkan sejauh mana karya ilmiah kita:
Terakui oleh komunitas akademik
Teranggap relevan dan bermanfaat
Terpakai sebagai dasar penelitian lanjutan
Selain itu, sitasi juga memengaruhi banyak hal, seperti:
Peringkat di Google Scholar dan Scopus
Penilaian jabatan fungsional dosen
Pemeringkatan institusi dan fakultas
Reputasi pribadi sebagai peneliti
Jadi, memahami cara meningkatkan jumlah sitasi pada artikel ilmiah adalah bekal penting untuk siapa saja yang serius berkarier di dunia akademik.
Biasanya, sitasi baru mulai muncul dalam waktu 6 bulan hingga 2 tahun setelah artikel dipublikasikan. Namun, dengan strategi yang tepat, proses ini bisa dipercepat. Bahkan, ada peneliti yang mendapat sitasi hanya dalam hitungan minggu.
Ini langkah pertama dan sangat penting. Menerbitkan artikel di jurnal yang tepat akan memperbesar kemungkinan dibaca dan dikutip oleh peneliti lain.
Tips:
Pilih jurnal yang terindeks Scopus, WoS, atau DOAJ
Pastikan jurnal memiliki lingkup topik yang relevan
Cek Impact Factor atau SJR-nya
Semakin sering jurnal itu diakses, semakin besar peluang artikelmu dikutip.
Judul adalah hal pertama yang dilihat orang. Gunakan judul yang spesifik, deskriptif, dan mengandung kata kunci utama. Misalnya:
Kurang efektif:
Studi tentang Energi Terbarukan di Indonesia
Lebih baik:
Analisis Strategi Peningkatan Energi Terbarukan di Indonesia: Studi Empiris pada Proyek EBT 2020–2023
Judul seperti itu memudahkan artikelmu ditemukan di mesin pencari jurnal atau Google Scholar.
Abstrak adalah ringkasan isi yang sangat menentukan. Banyak pembaca hanya membaca abstrak untuk memutuskan apakah akan mengutip atau tidak.
Pastikan abstrakmu mengandung:
Tujuan penelitian
Metode singkat
Temuan utama
Implikasi
Gunakan juga kata kunci yang sering dicari dalam bidangmu.
Metadata di sini termasuk judul, nama penulis, institusi, abstrak, dan kata kunci. Semua ini akan terbaca oleh mesin pencari dan indeks sitasi.
Pastikan semuanya lengkap, rapi, dan menggunakan istilah akademik yang relevan.
Artikel yang ditulis oleh penulis dari berbagai institusi—terutama lintas negara—cenderung memiliki lebih banyak sitasi. Kenapa?
Artikel tersebut memiliki jangkauan pembaca yang lebih luas
Dapat dipromosikan oleh semua penulis ke jaringan masing-masing
Dianggap memiliki nilai akademik yang lebih tinggi
Kolaborasi juga bisa membuka pintu ke jurnal-jurnal bereputasi yang sebelumnya sulit ditembus.
Banyak penulis berhenti setelah artikel terbit. Padahal, langkah-langkah berikut bisa memperbesar peluang dikutip.
Jangan hanya mengandalkan website jurnal. Unggah juga ke:
Google Scholar
ResearchGate
Academia.edu
ORCID
Institutional Repository (kampusmu)
Repositori ini membantu orang lain menemukan artikelmu lebih mudah dan cepat.
Manfaatkan platform seperti:
Twitter/X (dengan hashtag ilmiah)
Forum riset seperti Mendeley atau Zotero
Tulis ringkasan singkat (thread atau caption) yang menarik dan arahkan ke link artikel.
Buat versi populer dari artikelmu di blog atau media daring (misalnya The Conversation Indonesia, Kompas Opini, atau blog pribadi).
Dengan begitu, risetmu bisa terkenal lebih luas dan berpeluang oleh media, pemerintah, atau akademisi lintas disiplin kutip.
Jika artikelmu melibatkan data atau perangkat lunak, unggah juga data atau tools-nya di situs terbuka seperti:
GitHub
Zenodo
Figshare
Artikel yang menyertakan data terbuka lebih mungkin oleh peneliti kutip yang ingin mereplikasi atau melanjutkan risetmu.
Kalau kamu menulis artikel baru dan topiknya relevan dengan artikel sebelumnya, tidak ada salahnya mengutip artikel lama sendiri.
Tapi ingat, jangan berlebihan. Gunakan dengan proporsi yang masuk akal dan hanya jika benar-benar relevan.
Beberapa hal berikut bisa jadi alasan kenapa artikelmu minim sitasi:
Judul terlalu umum atau tidak menarik
Jurnal yang tidak bereputasi
Metadata yang tidak lengkap
Tidak mempromosikan artikel setelah terbit
Bahasa Inggris yang sulit orang lain pahami (untuk jurnal internasional)
Tidak memiliki strategi distribusi pasca-publikasi
Dengan menghindari kesalahan ini, kamu sudah berada di jalur yang lebih baik.
Seorang dosen dari universitas di Yogyakarta menulis artikel tentang teknologi pertanian berkelanjutan. Awalnya, artikelnya sepi peminat.
Setelah ia:
Membuat thread di Twitter
Menulis ulang artikelnya dalam bahasa populer di blog
Mengunggah versi pra-cetak di ResearchGate
Hasilnya? Dalam waktu 6 bulan, artikelnya disitasi oleh 7 peneliti dari negara berbeda, termasuk satu dari jurnal Q2.
Itulah contoh konkret dari cara meningkatkan jumlah sitasi pada artikel ilmiah.
Ingat, meningkatkan sitasi itu proses jangka panjang. Kamu tidak perlu langsung mendapat 100 sitasi dalam setahun. Yang penting:
Tetap produktif menulis
Rajin membagikan artikelmu
Bangun relasi akademik dengan peneliti lain
Jika kita lakukan secara konsisten, grafik sitasimu akan naik secara bertahap.
Meningkatkan jumlah sitasi bukan hanya soal menulis artikel yang bagus, tapi juga bagaimana kamu menyusun strategi dari awal hingga akhir.
Mulai dari pemilihan jurnal, penyusunan metadata, hingga promosi di berbagai platform—semuanya punya peran penting.
Dengan menerapkan tips di atas, kamu tidak hanya memperbesar peluang sitasi, tapi juga memperkuat reputasi ilmiah dan jejaring akademikmu.
1. Apakah semua artikel bisa mendapatkan banyak sitasi?
Tidak selalu. Sitasi terpengaruhi banyak faktor seperti topik, visibilitas jurnal, dan promosi pasca-terbit.
2. Apakah sitasi dari diri sendiri (self-citation) terhitung?
Ya, terhitung. Tapi jika terlalu banyak, bisa teranggap manipulatif. Gunakan sewajarnya.
3. Apa pentingnya mengunggah artikel ke ResearchGate atau Google Scholar?
Agar artikelmu mudah ditemukan, dibaca, dan dikutip oleh peneliti lain.
4. Bagaimana cara mengetahui siapa yang mengutip artikel kita?
Gunakan Google Scholar, Scopus, atau Web of Science untuk melacak sitasi artikelmu.
5. Apakah artikel yang kita tulis bersama peneliti luar negeri lebih mudah orang sitasi?
Biasanya, ya. Karena jangkauan dan visibilitasnya lebih luas.