Daftar Ciri-Ciri Jurnal Predator yang Harus Diwaspadai Akademisi

Daftar Ciri-Ciri Jurnal Predator yang Harus Diwaspadai Akademisi

Mengetahui daftar ciri-ciri jurnal predator yang harus diwaspadai akademisi adalah langkah awal yang bijak. Karena jika Anda tidak hati-hati, reputasi akademik bisa dipertaruhkan.

Bagi seorang akademisi, menulis dan mempublikasikan artikel di jurnal ilmiah adalah bagian penting dalam perjalanan karier. Namun, di tengah maraknya publikasi open access, muncullah fenomena jurnal predator.

Jurnal predator adalah jurnal yang tampaknya ilmiah, namun sebenarnya tidak mengikuti standar etika akademik dan lebih berorientasi pada keuntungan finansial.

Apa Itu Jurnal Predator?

Secara sederhana, jurnal predator adalah jurnal yang mengeksploitasi penulis untuk keuntungan ekonomi tanpa memberikan proses editorial dan peer-review yang sah.

Mereka biasanya memungut biaya tinggi namun tidak memberikan kualitas layanan penerbitan seperti jurnal ilmiah pada umumnya.

Biasanya, jurnal ini menghubungi penulis melalui email, menjanjikan publikasi cepat, bahkan tanpa revisi. Hal ini tentu sangat berbeda dengan proses ketat pada jurnal berkualitas yang bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Ciri-Ciri Umum Jurnal Predator yang Wajib Diketahui Akademisi

Berikut adalah daftar ciri-ciri jurnal predator yang harus diwaspadai akademisi agar tidak salah langkah dalam publikasi:

1. Proses Peer-Review Sangat Cepat atau Tidak Jelas

Peer-review seharusnya melibatkan penilaian oleh ahli sebidang. Jika sebuah jurnal menjanjikan publikasi hanya dalam waktu beberapa hari, ini adalah tanda bahaya. Jurnal ilmiah berkualitas umumnya membutuhkan waktu yang cukup panjang, minimal beberapa minggu hingga bulan.

2. Tidak Tercantum Editor atau Dewan Redaksi yang Kredibel

Periksa siapa saja yang menjadi editor atau reviewer dalam jurnal tersebut. Jika nama-nama editor tidak bisa ditelusuri afiliasinya, atau terlihat fiktif, maka Anda patut curiga. Beberapa jurnal predator bahkan mencatut nama-nama akademisi tanpa izin.

3. Tidak Terindeks dalam Basis Data Bereputasi

Jurnal predator biasanya tidak terdaftar di indeks jurnal bereputasi seperti Scopus, Web of Science, DOAJ, atau SINTA (untuk Indonesia). Jika jurnal hanya mencantumkan nama-nama basis data palsu atau tidak dikenal, segera lakukan pengecekan ulang.

4. Biaya Publikasi Tidak Transparan

Jurnal ilmiah open access umumnya memiliki biaya pemrosesan artikel (APC), namun informasi ini harus jelas di situs resminya. Jika biaya baru diumumkan setelah naskah diterima, atau biayanya tidak masuk akal, ini tanda potensi predator.

5. Nama Jurnal Mirip dengan Jurnal Terkenal

Salah satu trik jurnal predator adalah menggunakan nama yang mirip dengan jurnal bereputasi. Mereka berharap penulis salah mengenali. Misalnya, menambahkan kata “International” atau “Global” untuk membuatnya terdengar bonafid.

6. Email Undangan Publikasi yang Tidak Profesional

Akademisi sering menerima undangan publikasi melalui email. Jika email terasa terlalu personal, menjanjikan publikasi cepat, atau menggunakan tata bahasa yang buruk, Anda perlu waspada. Biasanya ini berasal dari jurnal predator.

7. Tata Letak Situs Web Tidak Profesional

Jurnal ilmiah yang sah pasti memiliki situs web yang rapi, dengan informasi yang mudah orang lain akses. Sebaliknya, situs jurnal predator sering memiliki tampilan amatir, link rusak, dan desain yang tampak dibuat asal-asalan.

8. ISSN Tidak Bisa Dikonfirmasi

International Standard Serial Number (ISSN) adalah identitas resmi jurnal. Jurnal predator seringkali mencantumkan ISSN palsu. Anda bisa mengeceknya melalui portal ISSN resmi.

9. Tidak Ada Informasi Kontak yang Jelas

Jurnal terpercaya pasti mencantumkan alamat fisik, email resmi, dan kontak yang bisa dihubungi. Jika hanya ada formulir isian atau alamat email generik, maka perlu dicurigai.

10. Isi Jurnal Tidak Konsisten

Jika Anda melihat artikel-artikel dalam satu jurnal membahas topik yang terlalu acak atau tidak sesuai dengan fokus bidang yang seharusnya, maka ada kemungkinan besar itu adalah jurnal predator.

Bahaya Mempublikasikan di Jurnal Predator

Berikut beberapa risiko yang bisa Anda hadapi jika tidak mewaspadai jurnal predator:

Cara Menghindari Jurnal Predator

Agar tidak terjebak, Anda bisa melakukan beberapa langkah berikut:

  • Gunakan whitelist seperti DOAJ (Directory of Open Access Journals) untuk memverifikasi jurnal open access.

  • Cek di situs resmi lembaga pengindeks seperti Scopus dan Web of Science.

  • Tanyakan kepada kolega atau pembimbing yang sudah berpengalaman.

  • Gunakan alat bantu seperti Think. Check. Submit., yang menyediakan checklist untuk menilai keandalan jurnal.

Alternatif Tempat Publikasi yang Aman

Jika Anda ragu terhadap jurnal tertentu, sebaiknya pilih jurnal dari penerbit ternama seperti:

  • Elsevier

  • Springer

  • Wiley

  • Taylor & Francis

  • SAGE

Atau untuk skala nasional, Anda bisa memilih jurnal yang sudah terakreditasi SINTA dari Kemenristek/BRIN. Pastikan juga jurnal memiliki impact factor atau terindeks minimal di DOAJ.

Kesimpulan

Mengetahui dan memahami daftar ciri-ciri jurnal predator yang harus kita waspadai akademisi merupakan langkah penting untuk menjaga kredibilitas karya ilmiah Anda. Jangan hanya tergiur oleh janji publikasi cepat dan mudah. Lakukan riset terlebih dahulu, gunakan platform terpercaya, dan konsultasikan dengan rekan sejawat sebelum memutuskan tempat publikasi.

FAQ

1. Apa itu jurnal predator?
Jurnal predator adalah jurnal yang mengejar keuntungan dengan mengabaikan standar ilmiah dan etika publikasi, biasanya tanpa proses peer-review yang benar.

2. Apa risiko menerbitkan artikel di jurnal predator?
Risikonya termasuk artikel tidak terakui secara akademik, reputasi rusak, dan kemungkinan artikel tidak bisa kita publikasikan ulang.

3. Bagaimana cara mengetahui jurnal itu predator atau bukan?
Cek apakah jurnal tersebut terindeks Scopus atau SINTA, memiliki editorial board kredibel, dan memiliki situs web yang profesional.

4. Apakah semua jurnal berbayar itu predator?
Tidak. Banyak jurnal open access berkualitas juga mengenakan biaya. Yang membedakan adalah kualitas editorial, transparansi, dan proses peer-review.

5. Apakah jurnal predator bisa masuk Scopus atau SINTA?
Biasanya tidak. Scopus dan SINTA memiliki proses seleksi yang ketat. Jika ada jurnal mencurigakan yang mengaku terindeks, perlu kita cek kebenarannya langsung di database resmi.

Linkedin : Mamduh Rihadatul Aisy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Chat WhatsApp
WhatsApp