Bagi para akademisi dan peneliti, menerbitkan artikel di jurnal terindeks Scopus adalah pencapaian besar. Namun, banyak yang mengalami penolakan meskipun sudah merasa menulis artikel dengan baik. Lalu, Kenapa artikel kita ditolak di jurnal Scopus?? Mari kita kupas tuntas masalah ini beserta solusinya!
Jurnal Scopus memiliki cakupan penelitian tertentu. Jika topik artikel Anda tidak relevan, kemungkinan besar akan langsung ditolak.
Solusi:
Artikel yang tidak memiliki kontribusi ilmiah yang jelas atau data yang kurang kuat sering kali ditolak oleh jurnal Scopus.
Solusi:
Setiap jurnal Scopus memiliki panduan penulisan yang harus diikuti. Jika artikel Anda tidak sesuai format, kemungkinan besar akan ditolak.
Solusi:
Karena jurnal Scopus berskala internasional, mereka mengutamakan penggunaan bahasa yang baik dan jelas.
Solusi:
Artikel yang memiliki tingkat plagiarisme tinggi atau kurang dalam penyitiran literatur dapat langsung ditolak.
Solusi:
Jurnal Scopus mencari artikel yang memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Solusi:
Setelah pengajuan, artikel akan melewati proses review oleh para ahli di bidangnya. Jika banyak revisi yang tidak kita perbaiki, artikel bisa tertolak.
Solusi:
Referensi yang kita gunakan harus berasal dari jurnal-jurnal bereputasi dan terkini.
Solusi:
Data yang tidak jelas atau analisis yang kurang mendalam bisa menyebabkan penolakan artikel.
Solusi:
Tidak semua jurnal yang mengklaim sebagai jurnal Scopus benar-benar terindeks. Beberapa jurnal masih dalam tahap evaluasi atau bahkan jurnal predator.
Solusi:
Menerbitkan artikel di jurnal Scopus memang bukan hal yang mudah, tetapi dengan memahami alasan penolakan dan memperbaiki kualitas artikel, peluang keterima akan lebih besar. Pastikan Anda memilih jurnal yang tepat, mengikuti pedoman penulisan, serta menyajikan penelitian yang berkualitas dan relevan.
1. Berapa lama proses review di jurnal Scopus?
Proses review bervariasi, biasanya antara 3-6 bulan, tergantung jurnal dan kompleksitas penelitian.
2. Apakah bisa mengajukan ulang artikel yang sudah tertolak?
Ya, asalkan Anda sudah memperbaiki sesuai dengan saran dari reviewer.
3. Bagaimana cara mengetahui jurnal Scopus asli atau palsu?
Cek di situs resmi Scopus dan hindari jurnal yang meminta biaya tinggi tanpa proses peer review yang jelas.
4. Apakah artikel dalam bahasa Indonesia bisa keterima di jurnal Scopus?
Sebagian besar jurnal Scopus menggunakan bahasa Inggris, jadi kita sarankan untuk menulis dalam bahasa Inggris.
5. Apakah faktor dampak jurnal berpengaruh terhadap peluang keterima?
Ya, semakin tinggi faktor dampak jurnal, semakin ketat seleksi artikelnya, sehingga perlu penelitian yang lebih berkualitas.