Kesalahan yang Harus Dihindari saat Menulis Artikel Review

Kesalahan yang Harus Dihindari saat Menulis Artikel Review

Menulis artikel review bukan sekadar merangkum literatur yang sudah ada. Dibutuhkan ketajaman berpikir, keterampilan sintesis, dan kemampuan menganalisis secara kritis serta kesalahan yang harus dihindari saat menulis.

Banyak penulis, baik pemula maupun berpengalaman, seringkali melakukan kesalahan yang harus dihindari saat menulis dan bisa menghambat kemungkinan artikelnya diterbitkan di jurnal ilmiah.

Nah, di artikel ini, kita akan bahas tuntas kesalahan yang harus dihindari saat menulis artikel review, lengkap dengan solusi agar kamu bisa menulis dengan lebih mantap.

Tidak Memahami Tujuan Artikel Review

Salah satu kesalahan utama yang sering terjadi adalah tidak memahami esensi dari artikel review. Artikel review bukan hanya kumpulan ringkasan penelitian sebelumnya. Artikel ini seharusnya menyajikan analisis kritis, mengidentifikasi gap, menyusun tren, dan memberikan arah untuk penelitian berikutnya.

Jadi, kalau kamu cuma menyusun kutipan demi kutipan tanpa narasi yang menyeluruh, hasilnya bisa sangat datar dan tidak punya kontribusi.

Kurang Fokus dalam Pemilihan Topik

Topik artikel review harus spesifik dan relevan. Banyak penulis yang memilih tema terlalu luas seperti “Teknologi Pendidikan di Abad 21” tanpa mengerucutkannya.

Akibatnya, pembahasan menjadi melebar dan sulit ditangkap benang merahnya. Sebaiknya pilih topik yang sempit tapi mendalam seperti “Pemanfaatan Augmented Reality dalam Pembelajaran IPA untuk Siswa SMP”. Topik yang fokus akan mempermudah dalam mencari referensi yang tepat dan menulis dengan arah yang jelas.

Tidak Sistematis dalam Menyusun Literatur

Literatur yang dikumpulkan untuk artikel review harus disusun dengan metode yang sistematis, misalnya menggunakan pendekatan PRISMA atau metode bibliometrik.

Sayangnya, banyak penulis hanya mencari beberapa jurnal dari Google Scholar tanpa kriteria yang jelas. Hal ini bisa menimbulkan bias dan kurangnya keandalan pada artikel review yang dibuat.

Tidak Menggunakan Alat Manajemen Referensi

Di zaman serba digital seperti sekarang, masih ada yang menulis daftar pustaka secara manual. Padahal, banyak aplikasi seperti Mendeley, Zotero, atau EndNote yang bisa membantu mengelola referensi secara rapi dan otomatis. Kesalahan kecil dalam kutipan atau format referensi bisa jadi alasan penolakan dari editor jurnal.

Gagal Menyusun Sintesis dan Analisis

Beda antara review dan ringkasan ada di bagian analisis. Artikel review harus mampu menyatukan hasil-hasil penelitian menjadi suatu pola atau tren, bukan hanya menampilkan satu per satu hasil studi.

Jika kamu tidak mampu menyusun sintesis yang solid, pembaca akan sulit memahami kontribusi dari artikelmu.

Plagiarisme atau Kurang Parafrase

Menyalin kalimat dari jurnal lain, walaupun sudah mencantumkan sumber, tetap bisa dianggap plagiarisme kalau tidak dilakukan dengan parafrase yang tepat.

Selain itu, terlalu banyak kutipan langsung juga bisa merusak alur tulisan. Gunakan kalimat sendiri dan usahakan menulis ulang dengan gaya bahasa yang sesuai.

Tidak Memperhatikan Gaya Penulisan Jurnal Tujuan

Setiap jurnal punya pedoman penulisan yang berbeda. Sayangnya, masih banyak yang menulis artikel tanpa melihat gaya selingkung jurnal tujuan.

Akibatnya, artikel harus direvisi besar-besaran atau bahkan langsung ditolak. Jadi, sebelum menulis, pelajari dulu template dan gaya penulisan dari jurnal yang ingin dituju.

Referensi Terlalu Lama atau Tidak Relevan

Referensi yang digunakan dalam artikel review sebaiknya berasal dari lima tahun terakhir dan benar-benar relevan dengan topik yang dibahas.

Mengutip artikel lama yang tidak relevan hanya akan memperlemah argumenmu. Jika perlu, gunakan database terpercaya seperti Scopus, Web of Science, atau SINTA.

Tidak Melibatkan Pendekatan Teoritis

Artikel review yang baik harus punya dasar teori yang kuat. Banyak penulis yang terlalu fokus pada data dan melupakan landasan teoretis.

Padahal, teori adalah fondasi untuk mengaitkan satu hasil studi dengan studi lainnya. Dengan pendekatan teori, artikel review menjadi lebih kaya dan berbobot.

Tidak Mengedit dan Memeriksa Tata Bahasa

Kesalahan ejaan, kalimat yang berbelit-belit, atau struktur paragraf yang tidak logis bisa membuat artikel review terasa tidak profesional.

Luangkan waktu untuk editing dan proofreading, atau minta bantuan rekan sejawat untuk meninjau tulisanmu. Gunakan juga alat bantu seperti Grammarly atau Typely jika perlu.

Mengabaikan Aspek Etika Publikasi

Jangan pernah mencantumkan nama penulis lain tanpa kontribusi, atau menyembunyikan konflik kepentingan. Aspek etika dalam publikasi sangat penting dan bisa jadi alasan penolakan jika dilanggar. Selalu sertakan deklarasi etika bila diminta oleh jurnal.

Tidak Memasukkan Rekomendasi untuk Penelitian Selanjutnya

Artikel review bukan hanya menilai penelitian terdahulu, tapi juga harus memberi arah untuk penelitian mendatang. Jika tidak ada rekomendasi yang jelas, maka pembaca tidak mendapatkan manfaat maksimal dari artikelmu.

Penutup

Menulis artikel review memang tidak mudah, tapi juga bukan hal yang mustahil. Kuncinya adalah memahami apa yang diharapkan oleh jurnal ilmiah dan menghindari kesalahan-kesalahan mendasar seperti di atas. Dengan pemilihan topik yang tepat, sintesis yang baik, dan perhatian pada detail penulisan, artikelmu bisa punya peluang besar untuk diterima.

FAQ 

  1. Apa perbedaan artikel review dan artikel penelitian?
    Artikel review merangkum dan menganalisis penelitian terdahulu, sedangkan artikel penelitian menyajikan hasil riset baru.
  2. Berapa jumlah referensi ideal dalam artikel review?
    Jumlah referensi bisa bervariasi, tapi idealnya lebih dari 30 sumber dari jurnal bereputasi.
  3. Apakah artikel review harus menggunakan metode tertentu?
    Ya, metode sistematis seperti PRISMA atau bibliometrik sangat disarankan untuk validitas.
  4. Apa jenis artikel review yang sering dimuat jurnal?
    Narrative review, systematic review, dan meta-analysis adalah tipe yang paling umum.
  5. Apakah artikel review bisa digunakan untuk skripsi atau tesis?
    Bisa, terutama jika ingin memperkuat landasan teori dan mengidentifikasi gap penelitian.

Linkedin : Mamduh Rihadatul Aisy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Chat WhatsApp
WhatsApp