
Bagaimana masa depan peer review yang menjadi bagian penting dalam dunia akademik dan penelitian. Proses ini memastikan bahwa sebuah karya ilmiah layak dipublikasikan dan diakui.
Namun, tantangan seperti waktu yang lama, bias manusia, dan kurangnya reviewer yang kompeten seringkali menjadi penghambat. Di sinilah muncul pertanyaan besar: masa depan peer review manusia akan tergantikan oleh kecerdasan buatan (AI)?
Seiring berkembangnya teknologi, AI mulai merambah ke berbagai bidang, termasuk dunia akademik. Yuk, kita kupas lebih dalam bagaimana masa depan peer review bisa terpengaruhi oleh kehadiran AI!
AI dirancang untuk memproses data dalam jumlah besar dengan cepat dan akurat. Dalam konteks masa depan peer review, AI bisa membantu dengan cara:
AI bisa meninjau ribuan makalah dalam waktu yang jauh lebih cepat dibandingkan manusia. Ini bisa mengurangi waktu tunggu publikasi yang selama ini menjadi masalah besar di dunia akademik.
AI tidak punya bias pribadi atau preferensi subjektif. Ini membuat penilaian lebih objektif dan konsisten.
Mesin AI bisa membandingkan teks dengan jutaan publikasi lain untuk mendeteksi plagiarisme yang mungkin sulit dideteksi manusia.
Proses peer review manual sering kali melibatkan honorarium untuk reviewer. AI bisa mengurangi biaya tersebut secara signifikan.
AI memang pintar dalam analisis data, tapi memahami konteks dan interpretasi mendalam dari sebuah penelitian masih jadi kelemahan besar.
AI cenderung menilai berdasarkan pola dan tren yang sudah ada. Ide-ide inovatif atau pemikiran out-of-the-box sulit ternilai dengan cara ini.
Walaupun AI bebas dari bias manusia, algoritma yang dibuat manusia tetap berisiko membawa bias ke dalam sistem.
Reviewer manusia bisa memberikan saran konstruktif untuk memperbaiki makalah. AI masih jauh dari kemampuan ini.
Daripada melihat AI sebagai ancaman, kita bisa memandangnya sebagai alat bantu yang mempercepat dan menyempurnakan proses peer review.
AI bisa menangani tugas-tugas teknis seperti mendeteksi plagiarisme dan mengecek data, sementara reviewer manusia fokus pada penilaian mendalam dan memberi masukan konstruktif.
Kemungkinan lainnya adalah model “hybrid peer review”, kombinasi antara AI dan manusia. AI menangani aspek mekanis, sedangkan reviewer manusia memastikan kualitas intelektual dan inovasi tetap terjaga.
Meskipun AI membawa banyak keuntungan dalam mempercepat dan meningkatkan akurasi peer review, masa depan peer review sepenuhnya masih jauh dari kenyataan. AI lebih cocok sebagai asisten yang membantu proses, bukan pengganti total.
Dalam dunia penelitian yang penuh nuansa, pemahaman kontekstual, kreativitas, dan etika tetap memerlukan sentuhan manusia. Jadi, masa depan peer review yang ideal adalah kolaborasi antara kecerdasan buatan dan kecerdasan manusia.