Perbedaan antara Plagiarisme, Self-Plagiarism, dan Salami Slicing

Perbedaan antara Plagiarisme, Self-Plagiarism, dan Salami Slicing

Sebagai peneliti atau akademisi, kamu harus tahu betul apa itu plagiarisme, self‑plagiarism, dan salami slicing. Ketiga hal ini sering bikin risetmu dipertanyakan. Oleh karena itu penting memahami perbedaan antara plagiarisme, self‑plagiarism, dan salami slicing agar kamu bisa menulis artikel ilmiah yang tetap etis dan terpercaya.

Di artikel kali ini kita akan kupas tuntas definisi, contoh nyata, dampak, dan cara menghindarinya. Dengan penjelasan santai namun informatif, kamu bisa terus menjaga integritas akademik tanpa takut keliru.

Apa Itu Plagiarisme?

Plagiarisme adalah tindakan menjiplak karya orang lain tanpa menyebut sumbernya. Ini bisa dalam bentuk:

Plagiarisme teranggap serius karena merampas peran asli penulis asli dan melanggar kode etik akademik worldwide.

Apa Itu Self‑Plagiarism?

Beda dengan plagiarisme biasa, self‑plagiarism adalah menjiplak karya milik sendiri tanpa menyebut bahwa itu kita ambil dari karya sebelumnya. Contohnya:

Meskipun isinya milikmu, tetap dianggap tidak etis, karena pembaca dan reviewer mengira semuanya karya baru.

Apa Itu Salami Slicing?

Salami slicing adalah teknik memecah satu penelitian besar menjadi beberapa publikasi kecil yang hanya berbeda sedikit isinya. Misalnya:

Tindakan ini bisa memanipulasi jumlah publikasi dan merusak kualitas ilmiah risetmu.

Mengapa Harus Paham Perbedaan Ini?

Mengetahui perbedaan antara plagiarisme, self‑plagiarism, dan salami slicing penting karena:

Contoh Kasus Plagiarisme

  • Copy-paste paragraf teori tanpa sitasi

  • Mengutip chart atau figure tanpa izin

  • Menggunakan tesis orang lain satu lawan satu

Plagiarisme seperti ini dapat membuat naskah langsung ditolak, bahkan bisa dicap akademik.

Contoh Kasus Self‑Plagiarism

  • Memindahkan definisi konsep yang identik dari jurnal lama ke jurnal baru tanpa sebut sumber

  • Memakai narasi analisis yang sama pada artikel berbeda

  • Menyajikan data lama sebagai data baru

Kamu perlu menyertakan catatan bahwa bagian tersebut berasal dari publikasi sebelumnya.

Contoh Kasus Salami Slicing

  • Data survei sama dipublikasikan dalam beberapa jurnal dengan analisis minor berbeda

  • Hasil studi klinis dipublikasikan dalam banyak artikel kecil yang membingungkan

  • Fokus penelitian diulang sebanyak beberapa paper

Untuk menghindarinya, pastikan publikasi kamu punya konten dan kontribusi baru.

Dampak Negatif Ketika Melanggar

  1. Reputasi hancur itu bisa tercap tidak etis

  2. Penolakan manuskrip dimana jurnal menolak tanpa tawaran revisi

  3. Pengusutan etik apabila kamu melewati batas plagiarisme berat

  4. Dampak karier adalah terblacklist oleh penerbit atau dihukum instansi

Memahami perbedaan antara plagiarisme, self‑plagiarism, dan salami slicing bisa mencegah semuanya ini.

Tips Menghindari Ketiga Pelanggaran Ini

a. Selalu Atribusi dengan Jelas

Cantumkan rujukan untuk setiap ide, data, dan gambar.

b. Gunakan Parafrase dan Kutipan

Parafrase dengan gaya sambil tetap menyebut sumber.

c. Transparan pada Self‑Reuse

Kalau bagian kita ambil dari karya sendiri, sebutkan dengan jelas di catatan kaki.

d. Gabungkan Studi Besar

Hindari memecah satu riset menjadi banyak artikel; jika perlu, beri highlight kontribusi baru di setiap paper.

e. Manfaatkan Plagiarism Checker

Periksa manuskrip sebelum submit menggunakan Turnitin, iThenticate, atau Grammarly.

Strategi Penulisan Etis yang Berkualitas

  • Buat outline dan sumber rujukan sejak awal

  • Gunakan alat manajemen referensi (Zotero, Mendeley)

  • Tandai paragraf yang kamu ambil dari sumber

  • Konsultasi dengan rekan atau pembimbing

  • Lampirkan cover letter yang jelaskan histori manuskrip

Dengan strategi ini, kamu tidak hanya paham perbedaan antara plagiarisme, self‑plagiarism, dan salami slicing, tetapi juga praktis mencegahnya.

Peran Jurnal dan Reviewer dalam Pengawasan

Jurnal berkualitas biasanya:

  • Menggunakan plagiarism checker pada naskah masuk

  • Memberlakukan kebijakan self‑reuse

  • Menolak atau memberi catatan jika deteksi salami slicing

Reviewer juga sering menandai pola publikasi tidak sehat—ini menunjukkan fungsi peer-review yang penting.

Budaya Akademik yang Sehat

Untuk mencegah plagiarisme dan lain-lain:

  • Institusi perlu adakan pelatihan etika publikasi

  • Dosen universitas perlu familiar dengan tools plagiarisme

  • Mahasiswa dan peneliti muda terdorong berdiskusi soal integritas

  • Buat SOP internal penulisan artikel dan evaluasi peer-prepub

Budaya seperti ini akan memperkaya kualitas riset dan menanamkan nilai etis sejak dini.

Ringkasan Perbedaan Utama (Tabel)

Istilah Definisi Singkat Contoh
Plagiarisme Mengambil karya orang tanpa atribusi Copy-paste teori dari jurnal lain tanpa rujukan
Self‑plagiarism Mengambil karya sendiri tanpa mencantumkan sumber Memindahkan paragraf dari jurnal sebelumnya tanpa sebut sumber
Salami slicing Membagi satu riset jadi beberapa publikasi kecil Survei sama dibagi jadi 3 artikel dengan analisis minor berbeda

Tabel ini memperjelas perbedaan antara plagiarisme, self‑plagiarism, dan salami slicing secara singkat dan padat.

Kesimpulan

Mengetahui perbedaan antara plagiarisme, self‑plagiarism, dan salami slicing adalah modal penting dalam menulis riset. Dengan cara penulisan yang etis, penggunaan alat pengecek, dan strategi publikasi yang bertanggung jawab, kamu bisa melindungi reputasi akademik dan meningkatkan kualitas artikel.

FAQ

1. Bolehkah saya menggunakan kalimat dari skripsi sendiri tanpa rujukan?
Tidak kita sarankan. Itu termasuk self‑plagiarism. Sebutkan bahwa bagian itu berasal dari skripsi/repo sebelumnya.

2. Apakah menyalin grafik lama dengan analisis baru teranggap plagiarisme?
Bukan. Tapi tetap sertakan atribusi untuk grafik dan jelaskan analisis barunya.

3. Bagaimana mendeteksi salami slicing pada riset besar?
Periksa apakah tiap artikel punya pertanyaan riset baru, metode baru, atau kontribusi signifikan tersendiri.

4. Apa sanksi jika ketahuan melakukan self‑plagiarism?
Jurnal bisa menolak manuskrip, editor bisa menandai revisi, atau karya bisa terretract. Industri akademik sangat memperhatikan ini.

5. Bagaimana cara mencegah plagiarisme tanpa alat checker?
Latih kemampuan parafrase, kelola referensi dengan benar, dan minta masukan dari rekan atau dosen sebelum submit.

Linkedin : Mamduh Rihadatul Aisy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Chat WhatsApp
WhatsApp