
Bagi para peneliti, akademisi, maupun mahasiswa tingkat akhir, publikasi ilmiah merupakan bagian penting dari perjalanan akademik. Namun, tidak semua publikasi itu sama. Salah satu aspek yang kerap membingungkan adalah perbedaan antara prosiding terindeks Scopus dan non-Scopus.
Artikel ini akan membahas dengan lengkap, santai, dan mudah dimengerti mengenai perbedaan keduanya agar kamu bisa lebih bijak dalam memilih tempat publikasi.
Sebelum masuk ke perbedaan antara prosiding terindeks Scopus dan non-Scopus, kita perlu pahami dulu pengertiannya.
Prosiding adalah kumpulan artikel atau makalah yang dipresentasikan dalam suatu konferensi ilmiah. Setelah konferensi selesai, makalah tersebut dipublikasikan dalam bentuk buku atau digital.
Scopus sendiri adalah salah satu database pengindeks jurnal dan prosiding terbesar dan paling bereputasi di dunia. Jadi, prosiding terindeks Scopus artinya prosiding yang sudah diakui dan terdaftar di database Scopus. Sebaliknya, prosiding non-Scopus adalah prosiding yang belum atau tidak masuk ke dalam database tersebut.
Kredibilitas adalah salah satu hal utama yang membedakan antara prosiding terindeks Scopus dan non-Scopus. Ketika sebuah prosiding sudah masuk Scopus, artinya publikasi tersebut sudah melewati proses evaluasi yang ketat. Mulai dari kualitas editorial, tingkat sitasi, hingga keaslian penelitian.
Sementara itu, prosiding non-Scopus bisa jadi tetap berkualitas, namun tidak memiliki validasi dari lembaga sekelas Scopus. Itu sebabnya banyak institusi pendidikan dan peneliti lebih mengutamakan publikasi yang sudah terindeks.
Ini yang sering jadi pertimbangan utama. Bagi dosen atau peneliti yang sedang mengajukan jabatan fungsional atau kenaikan pangkat, publikasi di prosiding terindeks Scopus memiliki bobot penilaian yang lebih tinggi.
Jadi, perbedaan antara prosiding terindeks Scopus dan non-Scopus sangat berpengaruh terhadap pengakuan akademik. Beberapa instansi bahkan tidak mengakui prosiding non-Scopus dalam penilaian angka kredit.
Biasanya, publikasi di prosiding terindeks Scopus membutuhkan biaya lebih besar. Kenapa? Karena penyelenggara konferensi harus memenuhi banyak standar internasional, termasuk peer-review ketat, akses digital, dan indexing yang tidak gratis.
Di sisi lain, prosiding non-Scopus lebih terjangkau dan mudah diakses, tapi dengan risiko kurang diakui secara global. Kalau kamu ingin publikasi yang lebih cepat dan murah, non-Scopus bisa jadi opsi. Tapi untuk yang mengejar reputasi akademik, Scopus tetap unggul.
Perbedaan antara prosiding terindeks Scopus dan non-Scopus juga terlihat dari proses peer-review. Pada prosiding Scopus, biasanya ada proses evaluasi yang sangat ketat. Artikel akan diperiksa oleh beberapa reviewer ahli di bidangnya.
Sementara itu, pada prosiding non-Scopus, proses review bisa bervariasi—ada yang tetap ketat, namun tidak sedikit juga yang longgar atau bahkan hanya formalitas. Ini yang membuat banyak akademisi lebih percaya pada prosiding Scopus.
Prosiding terindeks Scopus memiliki jangkauan global. Artikel yang kamu tulis akan lebih mudah ditemukan dan disitasi oleh peneliti dari berbagai negara. Ini tentu saja sangat penting bagi kamu yang ingin memperluas pengaruh penelitianmu.
Prosiding non-Scopus biasanya hanya dikenal di lingkup lokal atau nasional. Sitasi yang kamu dapatkan mungkin tidak sebanyak jika publikasi dilakukan di prosiding Scopus.
Kalau kamu butuh publikasi yang cepat untuk kebutuhan tertentu, seperti syarat sidang atau kelulusan, maka prosiding non-Scopus bisa menjadi pilihan karena prosesnya lebih singkat.
Namun, jika kamu mengejar kualitas dan pengakuan, prosiding terindeks Scopus meskipun lebih lama, akan memberikan hasil yang lebih baik dalam jangka panjang.
Konferensi yang menerbitkan prosiding terindeks Scopus biasanya diselenggarakan oleh institusi ternama seperti universitas internasional atau asosiasi profesional. Ini tentu jadi nilai tambah karena kamu bisa memperluas jejaring profesional.
Sementara itu, konferensi prosiding non-Scopus juga bisa diselenggarakan oleh kampus atau komunitas riset, namun reputasinya bervariasi dan perlu kamu cek lebih dalam.
Ini yang harus kamu waspadai. Beberapa konferensi mengaku sebagai prosiding terindeks Scopus padahal tidak. Selalu cek kebenarannya di situs resmi Scopus.
Bahkan ada juga prosiding non-Scopus yang hanya mencari keuntungan tanpa kualitas ilmiah. Inilah pentingnya mengenali perbedaan antara prosiding terindeks Scopus dan non-Scopus, bukan sekadar tergiur janji publikasi cepat.
Jika kamu adalah dosen atau peneliti yang mengejar jenjang akademik dan ingin memperluas pengaruh riset, pilihlah prosiding terindeks Scopus. Tapi jika kamu masih belajar menulis artikel ilmiah dan ingin publikasi pertama, prosiding non-Scopus bisa jadi ajang latihan.
Tetap pastikan untuk menilai kualitas konferensi, reviewer, dan nilai tambah yang kamu dapat dari publikasi tersebut.
Cek apakah prosiding benar-benar terindeks di situs resmi Scopus
Periksa siapa penyelenggaranya
Lihat rekam jejak publikasi sebelumnya
Baca testimoni dari peserta sebelumnya
Tanyakan pada dosen pembimbing atau kolega senior
Dengan cara ini, kamu bisa menghindari jebakan prosiding predator yang hanya mengambil uang tanpa kualitas ilmiah.
Tidak ada jawaban mutlak yang menyatakan bahwa salah satu lebih baik dari yang lain dalam segala aspek. Perbedaan antara prosiding terindeks Scopus dan non-Scopus terletak pada tujuan, kebutuhan, dan strategi akademik masing-masing. Kalau kamu mengejar reputasi, pengakuan, dan sitasi internasional, prosiding Scopus adalah pilihan yang tepat. Namun jika kamu ingin mencoba publikasi pertama kali atau mengejar deadline cepat, prosiding non-Scopus juga tetap bisa dipertimbangkan.
1. Apa perbedaan utama antara prosiding Scopus dan non-Scopus?
Prosiding Scopus sudah terindeks dalam database Scopus dengan seleksi ketat, sedangkan non-Scopus belum terindeks dan biasanya tidak memiliki evaluasi ketat.
2. Apakah prosiding non-Scopus tidak berguna?
Tidak juga. Mereka tetap berguna untuk latihan publikasi atau keperluan lokal, meski pengakuannya lebih rendah secara global.
3. Bagaimana cara mengecek keaslian prosiding terindeks Scopus?
Kamu bisa langsung mencari di situs resmi Scopus menggunakan nama prosiding atau ISSN-nya.
4. Apakah publikasi di prosiding Scopus selalu lebih mahal?
Umumnya iya, karena standar kualitas dan layanan internasional yang mereka sediakan.
5. Mana yang lebih cepat terbit, Scopus atau non-Scopus?
Prosiding non-Scopus biasanya memiliki proses yang lebih cepat dibandingkan Scopus.