
Dalam dunia akademik, strategi menulis artikel ilmiah dan jumlah sitasi bisa dibilang seperti “nilai plus” untuk sebuah artikel ilmiah.
Semakin sering artikelmu disitasi, semakin besar pula pengaruhnya di mata komunitas ilmiah. Tapi, menulis artikel yang bagus saja belum cukup.
Ada strategi menulis artikel ilmiah agar lebih mudah disitasi, dan itulah yang akan kita bahas secara santai tapi mendalam di artikel ini.
Strategi pertama yang tidak bisa dilewatkan adalah memilih topik yang memang sedang hangat atau dibutuhkan. Artikel ilmiah dengan topik yang menjawab pertanyaan banyak peneliti cenderung lebih mudah disitasi.
Tips:
Judul adalah hal pertama yang dibaca orang. Kalau judulnya membingungkan atau terlalu umum, kemungkinan untuk dikutip juga kecil. Usahakan judulmu padat, jelas, dan mengandung kata kunci yang tepat.
Contoh judul yang kuat: “Pengaruh Gaya Belajar terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Psikologi: Studi Longitudinal”
Abstrak adalah iklan mini dari artikelmu. Banyak peneliti yang membaca abstrak terlebih dahulu sebelum memutuskan mengutip. Jadi, pastikan kamu sudah mencantumkan:
Gunakan bahasa yang to the point dan hindari istilah teknis yang terlalu berat.
Strategi menulis artikel ilmiah agar lebih mudah disitasi berikutnya adalah penempatan kata kunci. Kata kunci yang tepat membantu artikelmu lebih mudah ditemukan di database.
Tips penempatan:
Artikel yang enak dibaca dan mudah dipahami akan lebih mungkin disitasi. Gunakan struktur yang umum seperti:
Hindari paragraf yang terlalu panjang dan gunakan subjudul yang jelas agar pembaca tidak tersesat.
Jangan hanya menulis ide sendiri tanpa koneksi ke literatur lain. Peneliti akan lebih percaya pada artikel yang membangun dari referensi kredibel. Pastikan sumbermu:
Semakin kamu mengaitkan tulisanmu dengan sumber kuat, semakin besar kemungkinan artikelmu akan teranggap penting dan tersitasi balik.
Artikel ilmiah yang dilengkapi visual menarik bisa membantu pembaca memahami isi dengan cepat. Gunakan grafik atau tabel yang langsung menjawab pertanyaan penelitianmu.
Namun, jangan hanya tempel grafik. Jelaskan juga maknanya dalam teks.
Tidak semua jurnal cocok untuk semua topik. Pilih jurnal yang memang sering terbaca oleh target pembacamu. Cek juga:
Setelah artikel terbit, kerja belum selesai. Kamu bisa:
Jangan malu mempromosikan hasil kerjamu. Semakin terkenal, semakin besar peluang tersitasi.
Artikel yang kita tulis dengan baik, tanpa kesalahan tata bahasa atau terjemahan literal, cenderung lebih peneliti lain hargai. Gunakan aplikasi pengecek grammar dan turnitin untuk menghindari masalah di kemudian hari.
Gunakan gaya penulisan yang konsisten dari awal sampai akhir. Gaya yang tidak konsisten sering kali membuat editor atau reviewer enggan merekomendasikan artikelmu untuk dipublikasikan.
Kesimpulan bukan tempat mengulang isi artikel, tapi menyampaikan apa arti temuanmu. Akhiri dengan kalimat yang memberikan dampak dan bisa kita jadikan kutipan oleh peneliti lain.
Menulis artikel ilmiah yang mudah orang sitasi bukan perkara semalam. Butuh strategi, pemahaman konteks, dan kemauan untuk terus belajar. Tapi satu hal yang pasti, semakin kamu disiplin menerapkan strategi menulis artikel ilmiah, semakin besar peluang artikelmu jadi referensi utama di bidangmu.
1. Apakah judul panjang lebih mudah disitasi? Tidak selalu. Judul yang jelas dan informatif lebih penting daripada sekadar panjang.
2. Haruskah saya menggunakan kata kunci teknis dalam artikel ilmiah? Gunakan seperlunya. Jangan sampai artikelmu jadi terlalu berat orang baca.
3. Apakah memilih jurnal open access meningkatkan sitasi? Ya, karena lebih mudah diakses banyak orang, peluang disitasi pun meningkat.
4. Seberapa penting promosi artikel setelah dipublikasikan? Sangat penting. Promosi bisa memperluas jangkauan dan meningkatkan jumlah sitasi.
5. Berapa jumlah ideal kata kunci dalam artikel ilmiah? Cukup 4-6 kata kunci utama yang relevan dan sering dicari.